Rooms Inc, Hotel Instagramable Bergaya Industrial di Semarang
Nama Prinsipal | : | Santi Alaysius dan Hamphrey Tedja |
Tim Desainer | : | Fara Shabrina Muntu, Jivanesia Pandjaitan, Billy Asher |
Lokasi Proyek | : | DP Mall, Semarang |
Luas Pengerjaan | : | 7.000 m2 |
Luas Terbangun | : | 2017 |
Fotografer | : | Melanie Tanusetiawan |
Manufaktur | : | K2 Rope Furniture, Wicker Kane, Spade, Moodlines Furniture, Semak, Datascript, Walk The Plank |
Deskripsi oleh Domisilium Studio
Dibuka pada tanggal 9 September 2017 lalu, Rooms Inc. adalah hotel gaya hidup bintang tiga yang terletak di atas DP Mall, Semarang. Hotel ini ditujukan untuk kaum milenial dan wisatawan bisnis muda. Bekerja sama dengan konsultan branding berbasis di Jakarta, kami mengembangkan konsep “smart urban” yang menawarkan suasana muda dan santai. Kami menerapkan konsep "Day and Night", dua variabel waktu dan ruang yang dekat dengan kehidupan wisatawan bisnis muda. Sebagai konsultan desain interior, kami mencoba menggabungkan kontinum dari dua waktu dan ruang yang berbeda dalam bentuk elemen interior dan tata letak dari hotel bisnis ini.
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
Artikel Lainnya: Nouve House – Minimum House Maximum Space
Kami memadukan material seperti logam dan kayu untuk mencerminkan "Kesibukan" dari siang hari dan "Kehangatan" dari malam hari. Untuk itu, kami menerapkan dua zona ruang dan waktu di hotel ini. Zona siang hari dengan didominasi karakter logam diterapkan di area transisi seperti area resepsionis, Grab & Go, dan ruang meeting.
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
Sementara itu di zona waktu malam, kami menggunakan banyak material kayu untuk membawa kesan yang hangat ke dalam interior. Elemen ini diterapkan di area restoran dan ruang tamu. Dengan pendekatan desain ini kami berharap bahwa Rooms Inc tidak hanya akan menjadi hotel bisnis biasa sebagai tempat transit untuk beristirahat, tetapi memiliki aspek kenyamanan sebuah rumah bagi para penggunanya, baik itu wisatawan yang sedang menginap di hotel maupun publik hanya hanya datang untuk berkumpul dan menggunakan fasilitas hotel.
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
Dalam proses pengembangan desain, beberapa tantangan yang kita hadapi termasuk jarak antar kolom dan sekat interior per kamar yang cukup sempit. Hal ini menjadi tantangan bagaimana memaksimalkan fungsi pada tiap elemen ruang. Mengatasi hal tersebut, kami mengalihkan fungsi penyimpanan pakaian pada wardrobe ke dinding kamar. Kami menjadikan dinding kamar sebagai “pegwall”, dimana tamu bisa menggantung baju, atau barang bawaan pada dinding sehingga tidak ada lagi wardrobe di dalam kamar. Pemberian cermin pada bagian atas tempat tidur juga dimaksudkan untuk memberikan kesan ruang yang lebih luas. Pintu ke arah kamar mandi juga memakai pintu geser sehingga lebih minim pemakaian ruang.
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
Artikel Lainnya: Rumah Sedap Malam – Atap Miring untuk Konsep Arsitektur Tropis
Ruang untuk semua fasilitas publik yang bisa digunakan berada pada satu lantai saja. Dimana lantai tersebut berbentuk kotak besar memanjang. Sifatnya yang memanjang ini menjadi tantangan bagaimana agar ruang tidak terasa melorong dan menimbulkan sifat stagnan atau membosankan. Mengatasi hal tersebut, kami mencoba untuk mengembangkan sebuah narasi pada setiap pembagian ruang, tentunya menyesuaikan arahan citra hotel yang diinginkan client dan konsultan branding.
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
Tantangan lainnya yaitu menanggapi keinginan client akan penerapan gaya industrial pada interior hotel. Gaya industrial yang sudah terlalu umum dipakai cenderung mempunyai sifat yang kaku, dingin, dan tidak cocok dengan kondisi ruang yang diberikan. Hal ini menjadi tantangan bagaimana membawa elemen-elemen industrial tanpa membuat ruang terasa seperti gudang.
Artikel Lainnya: Wiyung House – Pemanfaatan Skylight sebagai Pencahayaan Alami Maksimal
Pengimplementasian narasi juga menjadi pemecah masalah ini. Dengan keinginan untuk menciptakan “sequence of ambience”, ada elemen-elemen tambahan yang ditambahkan pada ruang. Penambahan elemen itulah yang dimaksudkan untuk memberi karakter lembut, vibrant, dan homy untuk menyeimbangi gaya dasar industrial yang dipakai. Elemen-elemen tersebut juga yang kami harapkan dapat memicu kesan familiar di antara pengunjung. Kesan familiar ini diharapkan bukan hanya mengingatkan mereka akan area publik yang asing, namun juga mengingatkan mereka akan hal-hal yang berkaitan dengan gambaran sebuah rumah.
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
©Melanie Tanusetiawan
Lihat profil Domisilium Studio:
https://www.archify.com/domisilium-studio
Artikel Lainnya: CL House - Konsep Pinhole Glass pada Fasad