5 Prinsip Utama Manajemen Biro Arsitektur
Kata “manajemen” tentu saja bukanlah kata yang asing bagi arsitek. Manajemen merupakan bagian yang memiliki porsi yang sama pentingnya dengan kemampuan mendesain. Manajemen, dalam pengartiannya sebagai penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran, merupakan suatu prosedur yang terdiri dari berbagai prinsip. Biro arsitektur yang kurang baik dalam manajemen akan menemui berbagai masalah, mulai dari masalah dalam proyek hingga masalah hubungan interpersonal dalam tim. Bagi Anda, pembaca yang berprofesi sebagai arsitek dan pemilik biro arsitektur, mari menyimak ulasan mengenai prinsip manajemen dalam dunia arsitektur!
1. Objectives
Prinsip
pertama dalam manajemen biro arsitektur yang harus diupayakanadalah kejelasan visi atau tujuan dalam praktik yang
dilakukan dalam biro. Terdapat 2 macam visi yang menjadi latar belakang praktik
arsitektur yaitu visi pribadi dan visi biro. Arsitek prinsipal dan tim
manajemen harus memastikan kedua visi ini saling mendukung satu sama lain.
Sebuah
biro tentu sudah memiliki visi perusahaan mengenai bagaimana praktik yang
dilakukan dalam biro dan serta kontribusi dalam lingkup sosial. Arsitek yang
bekerja mungkin memiliki visi lain, yaitu meningkatkan pengalaman dan membangun
karir. Dalam keberlangsungan biro, sangat penting untuk menjaga agar setiap
visi ini dapat terjawab supaya permasalahan dalam prinsip desain dan arah
tumbuh biro Anda di kemudian hari bisa dihindari.
Tips tambahan! Seleksi dalam perekrutan juga memiliki andil untuk memastikan tim yang bergabung memiliki visi yang sejalan dengan perusahaan.
2. Leadership
Prinsip
kedua adalah kepemimpinan. Dalam
praktiknya, seorang arsitek akan dituntut untuk menerapkan kemampuannya dalam
memimpin di berbagai kesempatan — baik dalam skala kecil seperti memimpin
rapat, maupun dalam skala yang lebih besar ketika arsitek memimpin tim di
bawahhnya.
Memiliki
kemampuan untuk memimpin sangat penting dalam biro untuk menentukan tujuan,
memberi arahan kepada tim, dan menentukan ritme kerja. Pemimpin yang baik harus
mampu melakukan berbagai tanggung jawab tersebut dengan rendah hati. Ungkapan “leading from behind” menjadi deskripsi
yang tepat untuk menggambarkan bagaimana pemimpin harus memposisikan diri di
dalam tim.
Sebagai partner atau director dalam biro, principal architect bertugas untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan semestinya untuk mempermudah architect-in-charge dalam mengerjakan pekerjaan selanjutnya. Kepemimpinan yang sukses terjadi ketika staf dibawahnya memiliki performa yang maksimal tanpa merasa tertekan dengan arahan dari pemimpinnya.
3. Communication
Prinsip
ketiga, dan yang paling penting, adalah komunikasi.
Sebagai hal yang paling vital dalam keseluruhan managemen perusahaan, sebuah
biro harus memastikan bahwa metode komunikasi yang digunakan selalu sesuai
dalam setiap kesempatan.
Dalam
praktik berarsitektur, komunikasi harus diperhatikan terutama dalam presentasi
desain. Komunikasi yang tidak efektif dapat menyebabkan desain yang bagus
terlihat kurang menarik. Ketika arsitek gagal menyampaikan pesan dari konsep
yang dibuat, resikonya adalah kehilangan kesempatan membangun proyek konsep
yang ia rancang tersebut.
Begitu pula dengan relasi pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah proyek, permasalahan yang terjadi antar pemangku kepentingan dan permasalahan terkait kontrak bisa disebabkan karena buruknya komunikasi. Hal yang perlu disadari dalam komunikasi adalah apabila pesan yang disampaikan gagal dipahami, maka kesalahan terletak pada pemberi pesan. Untuk itu penting sekali bagi arsitek untuk berkomunikasi baik dalam tim maupun secara eksternal dengan jelas dan hati-hati.
4. Delegation
Prinsip keempat, adalah kesediaan membagi beban pekerjaan. Hal ini mungkin terkesan mudah, namun banyak orang mengalami keraguan ketika membagi beban pekerjaan kepada partner dalam tim. Memastikan bahwa pembagian delegasi tugas dilakukan secara merata dapat membuat kinerja tim menjadi lebih efektif dan efisien.
Foto: Dengan mendelegasikan tugas, proses kerja di studio dapat menjadi lebih efektif. ©Helloquence, unsplash
Kunci
penting dalam memberikan delegasi tugas adalah kesediaan untuk memberikan beban
pekerjaan kepada anggota tim yang memiliki kemampuan, meskipun belum pernah mengerjakan
tugas itu sebelumnya. Hal ini dapat memberi kesempatan bagi staf untuk
berkembang dan belajar dalam karirnya, serta meningkatkan kemampuan staf dalam
bekerja di proyek selanjutnya.
Untuk diingat oleh arsitek: pastikan Anda selalu mempertimbangkan dengan matang porsi pekerjaan apa, kapan, dan kepada siapa pembagian beban kerja akan diberikan!
Baca Juga: 6 Cara Meningkatkan Produktivitas Kerja Arsitek
5. Motivation
Prinsip
kelima, yang paling akhir, adalah perhatian terhadap motivasi dalam biro. Motivasi kuat yang dimiliki setiap pribadi
akan sangat penting karena hal ini dapat memicu setiap anggota dalam tim untuk
menjadi self-starter ―
seorang yang dapat menggerakkan dirinya sendiri dalam bekerja. Perlu diingat
bahwa kepedulian mengenai motivasi orang lain juga sangat penting bagi setiap
anggota tim dalam biro, supaya terbentuk suasana saling mendukung dalam tim.
Bagi
arsitek pimpinan, sangat penting untuk mempelajari motivasi anggota tim di
bawahnya. Sebagai pimpinan, Anda harus mencari tau apa yang diinginkan oleh
staf dan memberikan contoh bagaimana Anda dapat memperoleh berbagai pencapaian
lewat pekerjaan yang dilakukan.
Pemimpin harus menjadi motivator yang memberikan penghargaan terhadap anggota tim. Pemimpin juga harus menunjukkan bagaimana kontribusi dari setiap individu dalam tim membantu pencapaian sebuah prestasi.
Penulis: Catharina Kartika Utami