ARCH:ID Berlangsung, Memantik Dialog dan Kolaborasi antara Arsitek dan Industri Konstruksi
Arsitektur di Indonesia belakangan ini terus berkembang dan melihat proges yang tidak dapat diabaikan. Hadirnya Undang-Undang Arsitek, semakin terlibatnya arsitek pada proyek-proyek publik, serta semakin dikenalnya arsitek di kalangan masyarakat menjadi petunjuk kemajuan arsitektur yang nyata. Progres ini tentu dapat terus berlangsung dan meningkat apabila ada sinergi yang baik antara arsitek dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam arsitektur.
ARCH:ID dibuka oleh Ketua Umum IAI Nasional, Ahmad Djuhara, dan Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi
Tidak dapat dipungkiri, material bangunan serta teknologi konstruksi adalah salah satu pihak yang paling bersinggungan dengan arsitektur. Harapan sinergi antara kedua belah pihak inilah yang menjadi dorongan pengadaan ARCH:ID bertema “Let’s Talk” yang dibuka sejak 27 Februari 2020 lalu. Berlangsung selama tiga hari di ICE BSD, pameran serta konferensi diadakan melalui kerja sama antara Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan CIS Exhibition.
Design: Serenity untuk Event Square karya andramatin berkolaborasi dengan Byo Living, Woodlam Indonesia, Quantum Marble, dan Estica International
Pods yang menampung kegiatan Tuju Tuju
Berbeda dengan pameran industri konstruksi pada umumnya, ARCH:ID yang dikurasi Andra Matin, Danny Wicaksono, dan Wiyoga Nurdiansyah, berusaha menonjolkan kesempatan dialog antar pihak. Maka itu, pada area pameran, terdapat area Event Square dan Pods yang diperuntukkan sebagai tempat berlangsungnya event Talk Series dan Tuju Tuju. Bila Talk Series menampilkan presentasi dan diskusi oleh pihak industri konstruksi, Tuju-Tuju memberi kesempatan khususnya bagi arsitek untuk berbagi karya, pemikiran, serta proses desain.
Materiality: Reliving Gedek, oleh MODERNSPACE berkolaborasi dengan Byo Living dan Kayu Lapis Indonesia
Puncarana oleh Ary Indra, ABODAY untuk Sandei Blinds
Repetisi yang Dinamis oleh ATELIER RIRI untuk Conwood Indonesia
Techniques: Relation oleh HMP Architects berkolaborasi dengan BYO Living
Maksud kurasi oleh ketiga kurator juga menjadi dorongan bagi para peserta pameran menunjukkan inovasi lewat produk yang mereka sediakan. Dorongan tersebut terlihat lewat banyaknya instalasi yang dihasilkan melalui kolaborasi antara penyedia material dengan arsitek. Instalasi ini, selain dapat menunjukkan kemampuan desain arsitek, juga memberi gambaran bagaimana material dapat diaplikasikan, serta menjadi sarana memperkenalkan produk yang efektif.
Black Box: Threshold oleh Willis Kusuma Architects untuk MILL Aluminium
Booth PT SSA oleh Nelson Architects untuk TOSO dan TAJIMA
Archify turut hadir pada ARCH:ID, berkolaborasi dengan CS LAMINATES dan Suara Visual Indonesia
Area pameran juga dipakai sebagai kesempatan untuk memperkenalkan berbagai agenda dan pengetahuan demi kemajuan arsitektur di Indonesia. Salah satunya adalah Inisiatif Scriptura sebagai wujud inisiatif yang digagas oleh Danny Wicaksono, Januar Rijanto, serta lima penerbit buku desain dan arsitektur Indonesia. Inisiatif yang ditampilkan lewat pameran lembaran sebagian terjemahan buku asing dimaksudkan agar adanya peningkatan kesadaran minimnya buku arsitektur asing yang diterjemahkan, serta pentingnya keberadaan buku-buku tersebut untuk meningkatkan pengetahuan arsitektur di Indonesia.
Inisiatif Scriptura oleh studiodasar dan Each Other Company
Lapis untuk Architecture Student Exhibition oleh ARA Studio
Pameran Aga Khan Awards oleh studiodasar dan spoa
Di samping itu, terdapat pula Architecture Student Exhibition yang menampilkan karya-karya mahasiswa arsitektur terpilih lewat instalasi dan alur pengalaman ruang yang menarik. Lalu ada pula instalasi untuk memperkenalkan Aga Khan Awards for Architecture yang memberi penghargaan terhadap karya-karya arsitektur terbaik di dunia, Reframing Louis Kahn sebagai salah satu arsitek yang sangat menginspirasi banyak arsitek di dunia kini, Indonesian Architecture Creation yang menampilkan permainan skala yang dapat langsung dirasakan pengunjung, serta instalasi ARCH:ID Gate sebagai titik awal berkumpul dan berbicara sejak masuk ke area pameran.
Re-framing Louis Kahn oleh andramatin dan studiodasar
Inclined Plane untuk Indonesian Architecture Creation oleh Dua studio
ARCH:ID Gate oleh FFFAAARRR
Selama dua hari terakhir ARCH:ID berlangsung, sisi konferensi menghadirkan arsitek dunia serta arsitek di Indonesia sebagai wadah berbagi dan diskursus pengetahuan arsitektur. Pada kesempatan ini, salah satu isu terkini di Indonesia, yaitu pengadaan ibukota negara yang baru, dibahas oleh pembicara Sofian Sibarani sebagai pemenang sayembara ibukota dan Gunawan Tjahjono sebagai salah satu juri. Dari sudut pandang teknologi untuk proses desain, ARCH:ID menghadirkan seminar dan workshop Building Information Modeling (BIM) selama tiga hari.
Sofian Sibarani dari URBAN+ membahas rancangan Ibukota Baru NKRI
Diadakan oleh IAI, pameran dan konferensi ARCH:ID menjadi ajang tahunan yang direncanakan terus berlanjut setiap tahunnya. Dengan menekankan kegiatan yang terkurasi, acara ini memberi kesegaran terhadap bentuk pameran konstruksi yang sudah cukup banyak diadakan di Indonesia. Penekanan terhadap kolaborasi yang kuat antara arsitek dan industriawan konstruksi juga menjadikan ajang ini sebagai wadah pembelajaran dan berbagi bagi semua pihak terkait untuk semakin memajukan arsitektur di Indonesia.
Informasi lengkap ARCH:ID dapat dilihat melalui:
https://arch.id/