Mengenal Atap Asbes dan Penggunaannya di Indonesia
©Shutterstock
Atap merupakan satu bagian yang tak dapat dipisahkan dari sebuah bangunan. Asbes adalah salah satu pilihan material atap yang banyak dikenal di Indonesia. Meskipun telah diproduksi sejak sekitar satu setengah abad yang lalu, asbes atap rumah masih dikenal sebagai material atap modern.
Meskipun dikenal memiliki kekurangan, kehadiran atap asbes masih bertahan hingga saat ini. Yuk, simak fakta-fakta seputar atap asbes yang perlu Anda ketahui sebelum memasangnya.
Sekilas tentang asbes
Asbes adalah mineral bahan tambang perpaduan dari magnesium, kalsium, dan silikat berbentuk serabut mirip kapas yang bahkan bisa dipintal menjadi kain. Sebelum dikenal sebagai material atap, asbes adalah material yang telah lama digunakan manusia untuk berbagai keperluan.
Telah dikenal lebih dari 3 milenium yang lalu, manusia zaman kuno menggunakannya sebagai bahan periuk, sumbu lampu atau lilin, dan bahkan kain. Namun, asbes baru menjadi populer sebagai material industri dunia setelah pertengahan tahun 1980-an saat pertambangan asbes pertama dunia beroperasi di Kanada.
Asbes telah lama dianggap sebagai material berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti mesothelioma, kanker hati, dan asbestosis. Beberapa negara telah melarang penggunaan asbes, tetapi ada pula negara yang tetap melegalkan asbes, termasuk Amerika serikat dan Indonesia.
©Shutterstock
Bagaimana sifat-sifat asbes?
Ada lima sifat yang membuat asbes menjadi salah satu material industri modern yang cukup populer, yaitu sifat tahan panas, tahan air, tahan bahan kimia, mudah dibentuk, dan bahan isolator listrik yang bagus.
Keunggulan asbes
Sebagai bahan bangunan, asbes memiliki berbagai keunggulan. Bobot asbes ringan serta tahan terhadap api, bahan kimia, dan cuaca. Rayap pun tak menyukainya.
Penggunaan asbes luwes dan mudah dipasang. Asbes juga mudah dirawat dan dibersihkan. Lebih dari itu, harga asbes sangat terjangkau.
Kelemahan asbes
Namun, asbes memiliki banyak kelemahan. Atap asbes terdiri dari mineral silikat yang memiliki partikel kecil dan tajam. Partikel-partikel ini bisa lepas dari lembaran atap asbes sehingga berisiko terhirup oleh penghuni bangunan tersebut.
Dalam jangka panjang, partikel asbes yang terhirup akan menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya sehingga penggunaan asbes atap rumah tak lagi dianjurkan. Di Indonesia, penggunaan atap asbes kini lebih banyak untuk atap pabrik dan gudang.
Selain dapat berisiko bagi kesehatan, memasang asbes pun perlu hati-hati karena asbes dikenal rapuh dan gampang rusak. Asbes juga menyerap sinar matahari. Akibatnya, bangunan yang menggunakan atap asbes sering terasa gerah.
©Shutterstock
Jenis-jenis asbes
Berdasarkan warnanya, ada 6 jenis atap asbes yaitu asbes biru (crocidolite), asbes cokelat (amosite), asbes putih (chrysotile), aktinolit, tremolite, dan anthophyllite (abu-abu kecokelatan).
Asbes biru memiliki seratan sangat halus dan getas. Asbes jenis inilah yang partikelnya mudah terhirup melalui nafas dan berbahaya bagi paru-paru. Asbes cokelat dikenal sangat tahan panas, tetapi memiliki risiko bahaya jauh lebih tinggi dari tipe asbes lainnya.
Asbes aktinolit dikenal sebagai bahan isolator api yang bagus, sedangkan asbes tremolite biasa digunakan sebagai material produk sealant, insulator panas, dan cat. Sementara itu, asbes anthophyllite dikenal sebagai tipe asbes pertama yang mulai dikembangkan secara industrial.
Asbes yang digunakan untuk atap bangunan umumnya adalah asbes putih. Asbes putih ini menjadi satu-satunya jenis asbes yang masih diizinkan beredar di Indonesia. Asbes putih dianggap jauh lebih tidak berbahaya bagi kesehatan dibanding tipe asbes lainnya.
©Shutterstock
Apa manfaat asbes?
Asbes memiliki banyak kegunaan. Material ini dapat ditemui pada komponen produk otomotif, plastik, tekstil, komponen listrik, gasket, produk tahan api, bedak talk, filter rokok, salju buatan, dan sebagainya.
Dalam dunia konstruksi, asbes juga digunakan dalam produk semen dan keramik lantai. Namun, produk berbahan asbes tetap paling banyak digunakan sebagai material atap.
Atap asbes pertama kali dibuat dalam bentuk lembaran atap yang tahan api oleh Henry Ward Johns. Produk atap asbes modern yang kita kenal saat ini diproduksi pertama kali pada tahun 1907. Produk asbes ini adalah paduan antara asbes dan semen (asbestos cement).
Atap asbes bergelombang yang sangat populer sebagai atap di Indonesia merupakan salah satu produk asbestos cement. Ada pula produk asbes lain yang juga terkenal secara lokal, yaitu lembaran asbes yang biasa digunakan sebagai material plafon atau langit-langit.
Atap asbes hadir dalam berbagai variasi ukuran. Pilihan atap asbes tersedia dalam rentang ukuran panjang 150-300 cm, lebar 80 cm, dan tebal 0,35 cm.
©Shutterstock
Kenapa asbes panas?
Asbes memiliki sifat menyerap dan menahan panas. Ruangan dalam bangunan yang menggunakan atap asbes pun akan terasa panas dan gerah. Salah satu cara menyiasati suasana gerah yang ditimbulkan oleh atap asbes adalah dengan memasang material pelapis di antara atap asbes dan ruangan di bawahnya.
Bagaimana melapis atap asbes agar ruangan tidak panas? Anda bisa menggunakan cat antipanas yang akan menolak sebagian besar sinar ultraviolet penyebab panas. Selain itu, Anda juga dapat melapisi atap asbes dengan lembaran aluminium foil tepat di bawah lembarannya.
©Shutterstock
Baca juga: Mengenal Genteng Metal, Solusi Mudah Atap Rumah Idaman
Itulah fakta-fakta seputar atap asbes yang perlu Anda ketahui sebelum memasangnya. Jangan ragu menghubungi para profesional yang tergabung di Archify jika Anda perlu berkonsultasi terkait desain dan pemilihan material sesuai kebutuhan Anda. Temukan juga berbagai artikel terkini seputar material dalam dunia arsitektur dan konstruksi hanya di Archify.