Golkar Jakarta Office - Delution Architect
Arsitek :
Lokasi Proyek : Menteng, Jakarta Pusat
Luas Tanah : 2.600 m2
Tahun Terbangun : 2017
Fotografer : Fernando Gomulya
Deskripsi oleh Delution Architect
Apa yang Anda
pikirkan saat pertama kali mendengar kantor partai politik? Bagi Delution,
kantor politik khususnya di Indonesia memiliki kesan yang kaku, tertutup, tidak
bersahabat, dan membentengi diri dari lingkungan masyarakat. Mungkin konflik yang
sering terjadi baik di internal ataupun eksternal partai serta demo masyarakat
menjadi alasan utama kantor partai terkesan seperti benteng dan tertutup. Padahal, secara filosofis hal tersebut sangat
bertentangan dengan nyawa sebuah partai politik dan konstituennya
yang merupakan masyarakat itu sendiri. Partai Golkar DPD DKI Jakarta, selaku
pemilik proyek dan salah satu partai tertua di Indonesia berniat untuk
melakukan suatu revolusi untuk menjadi partai yang lebih modern, transparan,
kolaboratif, dan terbuka sehingga dapat menarik perhatian generasi muda yang
tertarik dengan dunia politik untuk bisa berpraktik secara langsung. Tentunya
semua visi itu harus sejalan dengan bangunan kantornya yang merupakan wadah
utama aktivitas serta “wajah peradaban” dari partai politik ini.
Kondisi existing
terdiri dari 2 bangunan
yang salah satu bangunannya berfungsi sebagai kantor dan bangunan lainnya menyisakan
tulang dan beton seperti bangunan yang setengah jadi. Arsitek harus melakukan
suatu perubahan dengan budget seminimal
mungkin. Hal ini dikarenakan dana partai berasal dari kolektivitas para
anggotanya. Penyelesaian renovasi ini pun dilakukan secepat mungkin untuk
mengejar momen pemilihan Gubernur Jakarta agar masyarakat bisa menyaksikan
perhitungan suara bersama dengan Gubernur yang diusung oleh partai Golkar di
bangunan ini. Arsitek mengusung tema utama “Revolusi” pada restorasi agar
bangunan baru tidak hanya sebagai benda mati, namun juga dapat merevolusi perilaku
serta mental dari anggota partai serta masyarakat selaku pengguna dari bangunan
ini. Konsep Revolusi terdiri dari 4 nilai utama sebagai dasar dari revolusi
perilaku yang diterapkan dalam implementasi arsitektur bangunannya. Keempat nilai
tersebut adalah Open and Transparency,
Green Reviving, Collaborative &
Community Hub, serta Raising the
Nationalism.
Nilai pertama, Open and Transparency, bukan bentuk arsitektur
yang hanya terbuka, namun juga akan mengubah perilaku pengguna bangunannya. Salah
satu bentuknya adalah konsep tanpa pagar yang menunjukkan keterbukaan diri
partai ke masyarakat. Konsep ini bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat
bahwa partai tidak menutup diri dan terkesan eksklusif. Seluruh lantai 1 dari
bangunan 3 lantai dijadikan fasilitas umum yang dapat dimasuki oleh masyarakat
umum. Ini juga tentunya dapat membantu menjawab masalah di Jakarta yang kurang
dengan area terbuka hijau untuk bermain dan bersosialisasi. Fasilitas tersebut
dilengkapi oleh lapangan umum, masjid, amfiteater, kebun urban farming, perpustakaan, serta fasilitas komersial seperti toko
bunga, toko kreatif, bakery, minimart, serta café sebagai fasilitas penunjang ekonomi.
Lantai 2 dan 3 terisi oleh ruang-ruang kantor yang dikelilingi
dengan kaca transparan sehingga tidak ada lagi ruang untuk melakukan diskusi tertutup
dan tersembunyi seperti anggota partai pada umumnya. Konsep transparency
ini melatih sekaligus merevolusi perilaku anggota partai politik yang umumnya
bersifat tertutup menjadi lebih terbuka dan tidak ada yang perlu disembunyikan
satu sama lain.
Nilai Kedua adalah Green Reviving yang berupa solusi membungkus tulang bangunan lama dengan tanaman. Solusi ini dirasa paling efisien baik dari biaya, waktu, serta menghasilkan satu wajah serta iklim arsitektur yang lebih baik dan modern. Cara ini bisa dilakukan tanpa mengubah tulang bangunan lama sehingga pekerjaan bisa lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Kesan “Hidup kembali” dari bangunan sebelumnya yang terlihat mati tanpa jiwa memberikan filosofi semangat baru untuk membangun kembali seperti sifat tanaman yang terus tumbuh tanpa batas.
Konsep hijau
tentunya tidak hanya dari tanaman, namun juga memperhatikan aspek hemat energi.
Setiap ruang di bangunan ini ditata agar kaya akan sinar matahari dan udara
sehingga penggunaan AC
berkurang. Bangunan existing
yang sebelumnya masif juga dibuat dengan layout
koridor terbuka sehingga 75% dari luas bangunan menjadi area terbuka mulai dari
area kantor hingga area publiknya.
Konsep Green
Reviving membuat suasana mikro di lahan ini menjadi terasa lebih sejuk dan
dingin dan tentunya secara tidak langsung merevolusi perilaku masyarakat serta anggota
partai di Indonesia yang umumnya sering tidak menghargai tanaman dan taman. Bangunan
yang menjadi indah karena tanaman tentunya membuat orang-orang yang menggunakan
bangunan ini juga lebih menjaga tanaman itu sendiri.
Nilai ketiga adalah Collaborative & Community Hub dengan tujuan agar Golkar DKI Jakarta bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa kolaborasi adalah satu solusi terkuat atas masalah-masalah yang sedang dihadapi bangsa ini. Sudah bukan waktunya lagi bergerak sendiri-sendiri. Bersatu padu, gotong royong dan bekerja sama adalah wajib di era keterbukaan informasi dan media. Menjawab hal ini, maka bangunan didesain tanpa ruangan yang bersifat milik pribadi dan individual seperti “Ruang Ketua” atau “Ruang Sekretaris”.
Semua ruangan adalah milik bersama,
dapat digunakan bersama, dan selalu terbuka untuk siapa pun yang menjadi kader Golkar.
Hal ini tentunya sangat mengubah perilaku petinggi partai/organisasi yang
umumnya memberi kesan eksklusif pada dirinya karena jabatan yang ia emban dan sering
kali memberi jarak antara pimpinan dan anggota.
Community Hub diterapkan
dengan membuka fasilitas di lantai 1 menjadi wadah aktivitas kebersamaan antara
warga dan komunitas-komunitas di Jakarta yang berjumlah ribuan. Aktivitas itu ditampung
dengan menghadirkan amfiteater yang sewaktu-waktu bisa menjadi area untuk
seminar kecil, dan acara komunitas serupa lainnya seperti talkshow, music performance,
art performance, exhibition, dan lainnya. Selain amfiteater, taman tengah juga dapat
digunakan untuk berbagai acara masyarakat, mulai dari acara pertemuan, diskusi
warga, taman bermain anak, hingga menjadi venue
pernikahan dengan konsep outdoor party.
Nilai yang terakhir sekaligus nilai ke-4 adalah Raising the Nationalism untuk
menumbuhkan kembali semangat nasionalisme setiap anggota, simpatisan, serta
masyarakat yang datang ke kantor Golkar ini. Semangat nasionalisme itu diterapkan
dalam bentuk nama setiap ruangan yang menggunakan simbol-simbol kebangsaan
seperti Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, Sumpah Pemuda, Proklamasi, Indonesia Raya,
serta nama-nama presiden yang pernah menjabat di Indonesia mulai dari Soekarno
hingga Joko Widodo. Hal ini diterapkan agar dalam hari-hari mereka menjalankan aktivitas,
mereka bisa memanggil ruang-ruang tersebut dengan sebutan simbol kebangsaan. Penamaan
ruang menjadi sebuah kampanye untuk kembali menyadarkan nilai-nilai kebangsaan yang
secara perlahan mulai hilang di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Selain 4 nilai utama sebagai implementasi dari konsep revolusi di atas, arsitek juga menerapkan penggunaan material yang sifatnya unfinished, namun dibentuk dan dikemas secara estetis. Selain dapat menghemat biaya, juga dapat mempersingkat waktu pekerjaannya sehingga menjadi win-win solution antara tampilan, biaya dan waktu.
Arsitek juga banyak menerapkan wayfinding melalui signage pada setiap lantai, ruang dan area-areanya agar bangunan ini lebih ramah informasi kepada para pengguna.
Lihat profil lengkap Delution Architect di sini: