Mengenal Material Dinding Ramah Lingkungan untuk Proyek Anda
©RAD+ar (Research Artistic Design + architecture)
Saat mencari material dinding untuk sebuah proyek, terdapat berbagai opsi bahan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan, model, ataupun selera pemilik proyek. Seiring meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan, material dinding yang ramah lingkungan pun makin dicari untuk memenuhi kebutuhan suatu proyek.
Berikut ini Archify akan berbagi beberapa jenis material dinding yang ramah lingkungan.
Jenis-jenis material dinding ramah lingkungan
Ada berbagai jenis material dinding ramah lingkungan yang bisa dipilih, mulai dari bahan alami atau organik, bahan industri yang dapat didaur ulang, atau kombinasi keduanya.
Terdapat banyak bahan organik yang termasuk ke dalam material dinding yang ramah lingkungan, misalnya batu, tanah liat, bambu, jerami, gabus, wol, kayu bekas, atau mycelium. Ada pula pilihan bahan industri yang menjadi material dinding ramah lingkungan, misalnya beton, besi daur ulang, boks kontainer, beton pracetak, kayu laminasi, kaca daur ulang, atau ban bekas.
Tak hanya itu, ada pula campuran bahan organik dan industri, misalnya campuran abu dengan beton (ashcrete), campuran rami dan beton (hempcrete), hingga campuran serbuk gergaji dan beton (timbercrete).
Material dinding berbasis alami seperti bambu, kayu, dan gamping
Pilihan material dinding ramah lingkungan tergantung pada lingkungan di mana proyek berada dan kreativitas memanfaatkan bahan-bahan yang ada. Sebagai contoh, bahan bambu, tanah, kayu bekas, atau batu adalah pilihan material dinding ramah lingkungan yang paling mudah didapatkan.
Bambu dikenal sebagai tanaman yang tingkat pertumbuhannya sangat cepat (3-10 cm per hari dan bahkan lebih) sehingga sering digunakan sebagai alternatif bahan bangunan yang ramah lingkungan. Dari sisi kekuatan, bambu memiliki tensil atau kekuatan tarik yang lebih besar dari baja. Jenis bambu di Indonesia yang bisa dimanfaatkan sebagai material dinding ramah lingkungan di antaranya bambu ampel, bambu legi, bambu wulung, dan bambu petung.
Batu juga dapat menjadi pilihan material dinding yang kokoh, tahan cuaca, dan mudah dipelihara. Tipe batuan Indonesia yang dapat dipilih sebagai material dinding ramah lingkungan adalah batu andesit, batu sabak, granit, marmer, batu paras, dan lainnya. Masing-masing batu tersebut memiliki karakter, tekstur, dan warna khas yang mengesankan untuk dinding.
©D-ASSOCIATES
Artikel lainnya: Mengenal 7 Dinding Batu Alam untuk Hunian Minimalis Idaman
Di negara beriklim sedang, terdapat gaya rumah cob yang menggunakan material dinding ramah lingkungan berupa campuran 15-25% tanah liat, agregat (pasir kasar dengan butiran yang tidak seragam), jerami, dan air. Material ini menghasilkan dinding yang dingin pada musim panas dan menghalau panas ke luar rumah pada musim dingin.
©Shutterstock
Masih berkaitan dengan bahan tanah, ada pula alternatif dinding adobe atau bata lumpur (mud bricks). Adobe banyak digunakan di wilayah beriklim kering di AS dan Timur Tengah. Bata adobe dibuat dari campuran tanah liat, pasir, rumput atau jerami atau kotoran ternak, dan air. Bata adobe yang tercetak kemudian dikeringkan dengan dijemur, tidak dibakar, kemudian digunakan sebagai dinding.
Abu juga bisa digunakan sebagai material dinding yang ramah lingkungan. Saat ini, terdapat material ashcrete, yaitu material beton yang dibuat dari abu sisa pembakaran batu bara (abu terbang atau fly ash), gamping, dan air. Ashcrete dikenal lebih tahan asam dan api dibandingkan beton konvensional, begitu pula daya tensil dan daya tekannya.
Selain abu, rami dan serbuk gergaji juga dapat diolah sebagai beton. Bagian berkayu rami banyak mengandung silikat yang cocok dengan gamping dan membentuk hempcrete yang membuat struktur dinding sekokoh beton, tetapi dengan berat hanya 1/7 dari berat beton. Serbuk gergaji juga dapat diolah menjadi timbercrete yang dapat digunakan sebagai panel tembok, paving, batu bata, dan lainnya.
©eben
Alternatif material dinding daur ulang
Selain beberapa bahan organik dan campuran yang telah disebutkan, ada pula material dinding ramah lingkungan hasil dari proses daur ulang. Jika menginginkan dinding dengan kesan rustik, kayu bekas bisa menjadi pilihan. Kayu bekas bongkaran rumah lama biasanya memiliki bahan kayu yang berkualitas.
Alternatif lain dari material dinding adalah ban luar mobil. Ban mobil bekas yang diisi tanah atau pasir bisa menjadi material dinding melalui teknik rammed earth, yaitu tanah kompak, kerikil, atau batu gamping yang dipadatkan. Bahan ini bisa dilapisi dengan plesteran untuk membuatnya manis dan unik. Gunakan botol kaca bekas minuman sebagai alternatif dinding. Untuk keperluan ini, rekatkan dengan adukan semen hingga membentuk dinding.
©Shutterstock
Material dinding ramah lingkungan lain yang saat ini juga populer adalah bekas boks kontainer kapal (shipping container). Bukan hanya menjadi dinding, rumah bergaya minimalis industrial pun bisa dibangun dengan menggunakan boks ini. Ukuran boks container yang banyak digunakan sekarang adalah panjang 6,10 meter × lebar 2,44 meter × 2,59 meter dan bisa dibuat secara modular, tergantung pada kebutuhan ruang rumah.
Para ilmuwan juga telah menjajaki kemungkinan penggunaan mycelium atau akar jamur sebagai material dinding ramah lingkungan di masa depan. Mycelium sangat gampang tumbuh dan mudah ditemukan di seluruh dunia. Bagian jamur ini bisa ditumbuhkan dan seratnya dapat dicetak menjadi semacam batu bata dengan kekuatan yang melebihi beton.
Artikel lainnya: Jenis-jenis Bahan Dinding Rumah yang Populer dan Kekinian
Semoga pengetahuan material dinding ramah lingkungan ini dapat menambah inspirasi untuk proyek Anda berikutnya. Temukan juga berbagai artikel terkini lainnya seputar pengetahuan material bangunan, hanya di Archify!