Mengenal Rumah Adat Aceh, Filosofi dan Makna yang Unik
©Shutterstock
Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, ras, suku, dan agama. Salah satu wujud kekayaan budaya Indonesia adalah rumah adat. Tiap provinsi di Indonesia mempunyai rumah adat yang sesuai dengan karakteristik masyarakatnya.
Sebagai warisan budaya dari nenek moyang yang harus dilestarikan, rumah adat juga memiliki ciri khas arsitektural yang menarik untuk diulik. Mulai dari komposisi bentuk massa, material yang digunakan, ornamen bangunan, hingga detail yang dipakai, tiap rumah adat mempunyai keunikannya sendiri.
Salah satu rumah adat dari Indonesia adalah rumah adat Aceh. Ciri khas, fungsi, dan struktur bangunan rumah adat Aceh tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat Aceh sendiri.
Rumah adat Aceh mempunyai ukuran lebar yang cukup luas dan bentuk memanjang. Tak hanya itu, rumah adat ini mempunyai ukiran khas dengan paduan warna gelap yang cantik. Ternyata di balik ornamen dan pilihan warnanya, rumah adat Aceh mempunyai filosofi yang menarik.
Nama Rumah Adat Aceh
Mengutip dari buku “Arsitektur Rumah Tradisional Aceh” oleh Herman RN dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, rumah adat Aceh lebih dikenal dengan Rumoh Aceh atau Krong Bade. Uniknya, masyarakat Aceh tidak mengenal istilah rumah adat.
Dahulu, masyarakat Aceh mempunyai bentuk rumah yang hampir sama atau bahkan persis satu sama lain.
©Shutterstock
Makna dari rumah adat Aceh
Rumah adat Aceh berbentuk panggung dengan tujuan meminimalisasi risiko gangguan alam, seperti banjir dan serangan binatang buas.
1. Kolong
Jarak antara tanah ke bagian panggung rumah adat mencapai 2,5 meter. Bahkan, tinggi panggung mencapai 3 meter di beberapa perkampungan. Kolong dibuat agar rumah yang dibangun tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang ada di sana. Orang masih bisa berdiri, berjalan, dan melakukan pekerjaan di bawah rumah.
Mayoritas masyarakat Aceh bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan kolong untuk menyimpan hasil tani dan lautnya. Bagi anak-anak, kolong di bawah rumah dapat digunakan untuk bermain permainan tradisional.
2. Tangga
Ada yang unik dari tangga pada rumah adat Aceh. Tangga pada rumah adat Aceh memiliki jumlah ganjil, antara 7, 9, 11, dan 13. Pada filosofi rumah adat Aceh, angka ganjil adalah bilangan khas yang sulit ditebak.
3. Arah hadap rumah
Rumah adat Aceh memiliki arah hadap ke timur dan barat. Hal ini bermaksud agar siapa pun yang bertamu dapat dengan mudah menemukan arah kiblat, mengingat mayoritas masyarakat Aceh beragama Islam.
4. Atap rumah
Rumah adat Aceh memiliki atap yang terbuat dari anyaman daun rumbia. Pemilihan daun rumbia ini karena sifatnya yang ringan dan mendatangkan hawa sejuk ke dalam rumah. Konstruksi atap diikat dengan tali pengikat atap bernama taloe pawai. Apabila ada musibah kebakaran, penyelamatan dilakukan dengan memotong tali atap tersebut.
5. Lantai
Keunikan lain rumah adat Aceh adalah lantainya yang terbuat dari papan yang tidak dipaku, hanya disematkan begitu saja. Jika diperlukan, papan bilah ini bisa dilepas dengan mudah. Selain itu, papan bilah juga diaplikasikan terutama untuk keperluan memandikan jenazah sehingga air sisa mandi dapat turun ke tanah secara langsung.
6. Pohon kayu
Pada bagian luar rumah adat Aceh terutama sebelah barat, pohon kayu yang besar dan rindang ditanam. Sebagai upaya penyelamatan dari angin dan banjir, pohon ini tidak boleh ditebang. Pohon berfungsi menahan hantaman angin barat agar tak langsung menghantam badan rumah. Rindangnya pohon juga berfungsi membuat halaman rumah tetap teduh.
©Shutterstock
Artikel lainnya: Mengenal Rumah Gadang, Rumah Adat Sumatera Barat yang Ikonik
Filosofi Rumah Adat Aceh
Keunikan dari rumah adat Aceh juga ditemukan pada filosofi makna yang dimiliknya. Hampir sama seperti rumah adat di provinsi-provinsi lainnya, rumah adat Aceh dicat dengan pilihan warna yang khas. Tiap warna memiliki artinya tersendiri.
Berikut adalah filosofi rumah adat Aceh berdasarkan warnanya :
Kuning
Warna kuning digunakan pada sisi segitiga perabung. Bagi masyarakat Aceh, warna kuning memiliki sifat kuat, hangat, dan memberikan nuansa yang cerah bagi sekelilingnya.
Merah
Warna merah digunakan untuk melengkapi garis ukiran rumah. Merah diartikan sebagai karakter emosi yang naik-turun.
Warna merah juga melambangkan gairah, kesenangan, dan semangat. Jadi, warna merah diartikan sebagai emosi masyarakat Aceh yang mudah naik-turun, menunjukkan semangat dan gairah dalam menjalani kehidupan.
Putih
Warna putih digunakan untuk melengkapi ukiran rumah dengan kesan yang lebih netral. Ukirannya pun diselingi dengan warna oranye. Arti dari warna putih adalah suci dan bersih. Warna oranye melambangkan kehangatan, kesehatan, dan kegembiraan.
Hijau
Warna hijau digunakan pada motif ukiran rumah adat Aceh. Warna ini melambangkan kesejukan dan kehangatan. Hijau juga melambangkan warna daun dengan arti kesuburan.
©Shutterstock
Ciri-Ciri Rumah Adat Aceh
Rumah adat Aceh mempunyai ciri-ciri yang unik sebagai berikut:
1. Bentuk panggung
Secara visual, ciri khas rumah adat Aceh tampak pada struktur bangunannya yang berbentuk panggung dan memanjang. Fungsi dari bentuk panggung rumah Aceh ini sebagai pelindung bagi penghuni rumah dari ancaman hewan buas dan banjir yang menerjang.
2. Jumlah tiang menandakan jumlah ruangan di dalamnya
Selain itu, jumlah tiang atau kolom yang ada pada Rumoh Aceh menandakan banyaknya ruangan dalam rumah. Mengutip Kiki Ratnaning Arimbi dalam "Berselancar ke 34 Rumah Adat Indonesia Yuk!", rumah adat Aceh yang terdiri dari 16 tiang biasanya mempunyai 3 ruangan. Rumah dengan jumlah tiang lebih banyak, yaitu 18, 22, dan 24 biasanya mempunyai 5 ruangan.
3. Ukuran pintu terbilang rendah
Pada rumah adat Aceh, ukuran pintu juga mempunyai maksud tersendiri. Tinggi pintu mempunyai ukuran 120-150 cm saja, terbilang rendah untuk tinggi rata-rata orang dewasa. Hal ini membuat orang yang masuk ke dalam rumah harus menunduk terlebih dahulu. Filosofi menunduk ini cocok dengan kepribadian masyarakat Aceh yang tidak suka menyombongkan diri.
4. Rumah tahan gempa dari kayu
Ciri-ciri rumah adat Aceh yang lain adalah sifatnya yang tahan gempa. Hal ini sesuai dengan struktur bangunan rumah yang terbuat dari kayu dengan atap daun rumbia yang kering dan ringan.
Rumah adat Aceh juga tidak dibangun dengan paku, melainkan dengan kayu dan tiang yang disatukan bersama bajoe atau pasak yang saling mengunci satu sama lain. Perkuatan struktur seperti ini akan lebih tahan gempa dibandingkan rumah yang terbuat dari beton.
Seperti yang telah terjadi saat gempa 9,1 SR dan tsunami di Aceh pada 2004 lalu, rumah adat Aceh tidak mengalami kerusakan yang serius walaupun ada gempa yang kuat.
©Shutterstock
Artikel lainnya: Mengenal Rumah Betawi, Rumah Adat Nusantara yang Khas
Itulah perkenalan lebih jauh tentang rumah adat Aceh. Temukan beragam artikel menarik lainnya seputar arsitektur, interior, dan bahan bangunan hanya di Archify!