Perlukah Jasa Arsitek dalam membangun Rumah Tinggal?
Beberapa waktu silam, jasa arsitek dalam membangun rumah tinggal di Indonesia banyak kita temui di kota besar saja, seperti Jakarta, Bandung, Bali, Medan dan seterusnya. Namun seiring berjalannya waktu, banyak kita temui rumah tinggal dengan desain unik dan baik yang dikembangkan oleh arsitek di daerah-daerah lainnya, selain di kota besar.
Walaupun perubahan pengetahuan dan minat terhadap peran arsitek dapat dikatakan meningkat keseluruh lapisan ekonomi masyarakat dan keseluruh pelosok negeri, namun perubahan ini relatif belum besar jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti Singapura misalnya, yang memiliki peraturan kuat yang mendukung peran arsitek dalam membangun rumah tinggal, gedung, dan kota. Hal ini mengakibatkan peran arsitek dalam merancang bangunan atau kota belum dirasakan secara jelas dan merata bagi sebanyak-banyaknya pengguna bangunan.
Lebih dari itu, pro kontra terhadap peran arsitek dalam pengembangan rumah tinggal masih menjadi perdebatan sebagian masyarakat terkait dengan kekhawatiran terhadap jasa arsitek yang dianggap mahal. Selain itu, kebiasaan masyarakat membangun rumah tinggal secara mandiri dan gotong royong atau dengan jasa tukang secara langsung, masih dapat kita temui di banyak daerah di Indonesia. Belum banyaknya informasi atau sosialisasi di beberapa kalangan masyarakat tertentu tentang manfaat dari pembangunan rumah tinggal oleh arsitek kemungkinan besar adalah faktor yang mengakibatkan konsep, rancangan, dan peran arsitek belum terlalu diapresiasi di Negeri ini.
Tree House oleh Vo trong Nghia Architects (foto:©Hiroyuki Oki)
Terlepas dari isu di atas, seorang arsitek memiliki banyak pertimbangan penting dalam mengembangkan desain rumah tinggal berkualitas. Pertimbangan yang menjadikan peran arsitek esensial dalam pengembangan hunian yang justru terkadang tidak diperhitungkan oleh masyarakat pada umumnya ketika membangun rumah tinggal secara mandiri, antara lain:
Analisis Site, Tapak dan Konteks Urban
Setiap site memiliki karakter yang unik sehingga dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan untuk melihat isu, kekuatan, kelemahan, serta alternatif strategi dan model pengembangan yang menyelesaikan isu yang ada dan meminimkan isu yang mungkin muncul dari adanya pengembangan. Rumah tinggal bukan hanya bangunan bagi penggunanya saja, namun juga membentuk wajah ruang diluar bangunan, permukiman dan wajah kota. Lebih dari itu, banyak pertimbangan lain seperti arah matahari, angin, kebisingan, air bersih, riol kota, infrastruktur, fasilitas publik, dan potensi bencana, serta masih banyak pertimbangan lainnya yang menjadikan bangunan di satu tapak akan berbeda dengan bangunan yang ada di tapak lainnya, baik di kota yang sama maupun berbeda. Adanya regulasi dan aspek legal yang berbeda di masing-masing kota juga menuntut strategi dan pengembangan yang berbeda.
Play House oleh Aboday (foto:©Happy Lim)
Memahami Human Behaviour dan Human Needs
Rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan yang didukung oleh struktur yang baik dengan susunan ruang-ruang dengan ukuran tertentu saja yang digunakan untuk menaungi aktivitas manusia didalamnya. Dengan pengetahuan human behaviour, seorang arsitek mampu menciptakan ruang-ruang yang tidak hanya menaungi aktivitas tertentu saja, namun juga menciptakan beragam ruang yang memberi nilai rasa, inspirasi, kualitas dan kesan yang mendukung aktivitas dan fungsi ruang. Pengetahuan terhadap adanya kebutuhan pengguna dan manusia yang berbeda-beda, maka perancangan sebuah rumah tinggal disesuaikan dengan kebutuhan pengguna rumah tinggal seperti: adanya kebutuhan tambahan ruang workshop bagi rumah tinggal pematung, pelukis; kebutuhan ruang praktek yang terintegrasi dengan rumah tinggal untuk profesi tertentu; kebutuhan dapur atau garasi yang lebih besar, dan seterusnya.
NA House oleh Sou Fujimoto Architects (foto:©Iwan Baan)
Perencanaan dan Perancangan: Menyusun Program Ruang, Transformasi Bentuk dan Mengembangkan Inovasi dalam desain
Peran kuat arsitek juga dapat dilihat dari menyusun program dan besaran ruang yang memperhatikan zona publik dan privasi, serta disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Kemudian, mentransformasikannya menjadi rancangan yang baik dari denah hingga bentuk keseluruhan bangunan. Bukan hanya kekuatan dan fungsi, namun juga keindahan bentuk. Banyak inovasi dalam perancangan rumah tinggal yang merupakan strategi yang dikembangkan oleh arsitek. Efektivitas dan kualitas rancangan sebuah bangunan dan rumah tinggal dapat dicapai dengan perencanaan program ruang, transformasi bentuk dan strategi inovatif yang matang.
Breathing House oleh Atelier Riri (foto:©Teddy Yunantha)
Perhitungan: Luasan Bangunan dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
Banyak orang mempercayakan bangunannya kepada tukang secara langsung atau kontraktor tanpa perencanaan yang matang atau gambar kerja desain bangunan yang lengkap sehingga bongkar pasang pada fase konstruksi sering terjadi yang tentunya memakan biaya. Perencanaan desain bangunan membantu penghuni untuk menyesuaikan antara keinginan, kebutuhan, dan kemampuan. Perencanaan yang matang dan didukung oleh gambar rencana yang baik dapat mengurangi terjadinya pembongkaran yang menghabiskan waktu dan dana lebih besar saat pengerjaan di lapangan. Oleh karena itu, penting juga bagi klien untuk mengetahui cara menghitung biaya jasa arsitek dan juga perancangan, guna membuat perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang juga dapat membantu untuk mengetahui besar luasan dan biaya bangunan yang dibutuhkan. Hal ini memberikan pertimbangan bagi klien untuk melihat hasil akhir rancangan secara detail dan menyeluruh.
Rumah Kotak Kayu oleh RAW Architecture (foto:©Eric Dinardi)
Pengetahuan Style, Material dan Struktur
Pengetahuan terhadap beragam styles, material, serta sistem struktur dan konstruksi meningkatkan strategi inovatif dan kualitas rancangan. Logika struktur dan konstruksi dapat menghasilkan rancangan bangunan yang tidak monoton, namun tetap miliki kekuatan yang menjadi syarat utama bagi sebuah bangunan. Apalagi, keadaan di setiap area sangat beragam, seperti di daerah rawan gempa bumi, longsor, dan banjir membutuhkan rancangan yang berbeda-beda.
Spouse House oleh Parametr Architecture (foto:©Lindung Soemahardi)
Design Stages dan DED (Design Engineering Document)
Adanya model pembagian fase dalam perancangan seperti tahap desain skematik, tahap pengembangan desain, tahap gambar kerja, dan seterusnya, menjadikan proses perancangan menjadi lebih rapi dan sistematik. Gambar Kerja atau DED (Design Engineering Document) bukan hanya memberi gambaran lengkap dan detail pada klien tentang hasil akhir dari rancangan, namun juga digunakan sebagai acuan bersama dan media komunikasi dengan semua tim yang terkait di lapangan.
Site Visit
Site visit dilakukan arsitek untuk memantau perkembangan progres konstruksi bangunan dan mengecek kesesuaiannya dengan gambar perencanaan. Perancangan solusi desain secara langsung di lapangan juga dapat dilakukan jika terdapat isu-isu tertentu yang muncul pada masa konstruksi.
foto cover: ©Iwan Baan