Perencanaan dan perancangan ditujukan menjawab kebutuhan dasar pemilik dan hunian yang sehat. Melalui telaah dan mempertimbangkan kebiasaan pengguna, budaya madura, aktivitas lokal, keramah tamahan bertetangga, privasi, serta kehadiran sosok Ibu dalam rumah dan kehangatan keluarga. Setelah dilakukan pertimbangan termasuk delapan variabel yang digunakan, maka diputuskan menggunakan pendekatan masa memanjang dan berongga.
Tapak memiliki kontur relatif datar dan memiliki karakter tanah cukup subur dengan melihat karakter pemanfaatan tanah sekitar untuk bercocok tanam oleh masyarakat di sekitarnya. Orientasi tapak menghadap ke utara, yang menjadi orientasi equator di indonesia bagian selatan. Tetangga sendiri menaruh beberapa jendela atau bouvenlicht pada kanan kiri batas tapak.
Hawa pada tapak cukup sejuk karena dikelilingi oleh ladang, berdekatan dengan tepian sungai yang memiliki banyak pohon yang lebih rindang, dan dibantu oleh solid void tetangga sekitarnya. Sirkulasi depan tapak didominasi oleh jalan aspal selebar lima meter dan dapat dilewati dua arah. Dengan orientasi jalan utama berada di arah timur tapak, yang mengarah ke pusat kota.
Seluas 70% tapak merupakan tanah kosong dan 30% sisanya berupa rerumputan dengan karakter 2 pohon mangga di depan dan beberapa pohon pisang yang ada di bagian belakang tapak. Bangunan tetangga masih cukup relatif rendah yaitu satu hingga dua lantai, dengan karakter bangunan tetangga tidak langsung menempel pada batas tapak masing-masing.
Lantai dasar menjadi zona aktivitas utama penghuni rumah. Mulai masuk menata sepatu, belajar, hingga bersiap makan malam. Pada sisi kanan kiri rumah diberi jarak satu meter untuk menyelesaikan beberapa masalah desain. Sinar matahari sendiri dimasukkan dari hasil penjarakan kanan kiri rumah selebar satu meter. Serta pembagian merata sehingga seluruh ruang mendapatkan cahaya matahari namun tetap ternaungi.
Untuk membuat sistem persilangan udara maka pada sisi barat dan timur memanfaatkan lubang kecil diatas kusen atas bawah sebagai ventilasi. Untuk sirkulasi udara yang lebih besar dibantu dengan krepyak di sisi bangunannya. Sirkulasi rumah terbagi jelas menjadi tiga yaitu sisi kanan-kiri rumah dan bagian tengah dalam rumah. Parkir carport disediakan untuk dua mobil sekaligus dimanfaatkan sebagai GSB.
Dua buah pohon mangga tetap diadakan sebagai penyaring udara dari panas aspal serta peneduh area carport sendiri. Untuk taman belakang memanfaatkan bambu yang tinggi untuk menjaga privasi. Pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan menghasilkan rumah memiliki area terbuka 52% dan 48% terbangun. Efisiensi dilakukan dengan melakukan pencampuran aktivitas serta minimalisir sirkulasi.
Perencanaan dan perancangan ditujukan menjawab kebutuhan dasar pemilik dan hunian yang sehat. Melalui telaah dan mempertimbangkan kebiasaan pengguna, budaya madura, aktivitas lokal, keramah tamahan bertetangga, privasi, serta kehadiran sosok Ibu dalam rumah dan kehangatan keluarga. Setelah dilakukan pertimbangan termasuk delapan variabel yang digunakan, maka diputuskan menggunakan pendekatan masa memanjang dan berongga.
Tapak memiliki kontur relatif datar dan memiliki karakter tanah cukup subur dengan melihat karakter pemanfaatan tanah sekitar untuk bercocok tanam oleh masyarakat di sekitarnya. Orientasi tapak menghadap ke utara, yang menjadi orientasi equator di indonesia bagian selatan. Tetangga sendiri menaruh beberapa jendela atau bouvenlicht pada kanan kiri batas tapak.
Hawa pada tapak cukup sejuk karena dikelilingi oleh ladang, berdekatan dengan tepian sungai yang memiliki banyak pohon yang lebih rindang, dan dibantu oleh solid void tetangga sekitarnya. Sirkulasi depan tapak didominasi oleh jalan aspal selebar lima meter dan dapat dilewati dua arah. Dengan orientasi jalan utama berada di arah timur tapak, yang mengarah ke pusat kota.
Seluas 70% tapak merupakan tanah kosong dan 30% sisanya berupa rerumputan dengan karakter 2 pohon mangga di depan dan beberapa pohon pisang yang ada di bagian belakang tapak. Bangunan tetangga masih cukup relatif rendah yaitu satu hingga dua lantai, dengan karakter bangunan tetangga tidak langsung menempel pada batas tapak masing-masing.
Lantai dasar menjadi zona aktivitas utama penghuni rumah. Mulai masuk menata sepatu, belajar, hingga bersiap makan malam. Pada sisi kanan kiri rumah diberi jarak satu meter untuk menyelesaikan beberapa masalah desain. Sinar matahari sendiri dimasukkan dari hasil penjarakan kanan kiri rumah selebar satu meter. Serta pembagian merata sehingga seluruh ruang mendapatkan cahaya matahari namun tetap ternaungi.
Untuk membuat sistem persilangan udara maka pada sisi barat dan timur memanfaatkan lubang kecil diatas kusen atas bawah sebagai ventilasi. Untuk sirkulasi udara yang lebih besar dibantu dengan krepyak di sisi bangunannya. Sirkulasi rumah terbagi jelas menjadi tiga yaitu sisi kanan-kiri rumah dan bagian tengah dalam rumah. Parkir carport disediakan untuk dua mobil sekaligus dimanfaatkan sebagai GSB.
Dua buah pohon mangga tetap diadakan sebagai penyaring udara dari panas aspal serta peneduh area carport sendiri. Untuk taman belakang memanfaatkan bambu yang tinggi untuk menjaga privasi. Pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan menghasilkan rumah memiliki area terbuka 52% dan 48% terbangun. Efisiensi dilakukan dengan melakukan pencampuran aktivitas serta minimalisir sirkulasi.
Perencanaan dan perancangan ditujukan menjawab kebutuhan dasar pemilik dan hunian yang sehat. Melalui telaah dan mempertimbangkan kebiasaan pengguna, budaya madura, aktivitas lokal, keramah tamahan bertetangga, privasi, serta kehadiran sosok Ibu dalam rumah dan kehangatan keluarga. Setelah dilakukan pertimbangan termasuk delapan variabel yang digunakan, maka diputuskan menggunakan pendekatan masa memanjang dan berongga.
Tapak memiliki kontur relatif datar dan memiliki karakter tanah cukup subur dengan melihat karakter pemanfaatan tanah sekitar untuk bercocok tanam oleh masyarakat di sekitarnya. Orientasi tapak menghadap ke utara, yang menjadi orientasi equator di indonesia bagian selatan. Tetangga sendiri menaruh beberapa jendela atau bouvenlicht pada kanan kiri batas tapak.
Hawa pada tapak cukup sejuk karena dikelilingi oleh ladang, berdekatan dengan tepian sungai yang memiliki banyak pohon yang lebih rindang, dan dibantu oleh solid void tetangga sekitarnya. Sirkulasi depan tapak didominasi oleh jalan aspal selebar lima meter dan dapat dilewati dua arah. Dengan orientasi jalan utama berada di arah timur tapak, yang mengarah ke pusat kota.
Seluas 70% tapak merupakan tanah kosong dan 30% sisanya berupa rerumputan dengan karakter 2 pohon mangga di depan dan beberapa pohon pisang yang ada di bagian belakang tapak. Bangunan tetangga masih cukup relatif rendah yaitu satu hingga dua lantai, dengan karakter bangunan tetangga tidak langsung menempel pada batas tapak masing-masing.
Lantai dasar menjadi zona aktivitas utama penghuni rumah. Mulai masuk menata sepatu, belajar, hingga bersiap makan malam. Pada sisi kanan kiri rumah diberi jarak satu meter untuk menyelesaikan beberapa masalah desain. Sinar matahari sendiri dimasukkan dari hasil penjarakan kanan kiri rumah selebar satu meter. Serta pembagian merata sehingga seluruh ruang mendapatkan cahaya matahari namun tetap ternaungi.
Untuk membuat sistem persilangan udara maka pada sisi barat dan timur memanfaatkan lubang kecil diatas kusen atas bawah sebagai ventilasi. Untuk sirkulasi udara yang lebih besar dibantu dengan krepyak di sisi bangunannya. Sirkulasi rumah terbagi jelas menjadi tiga yaitu sisi kanan-kiri rumah dan bagian tengah dalam rumah. Parkir carport disediakan untuk dua mobil sekaligus dimanfaatkan sebagai GSB.
Dua buah pohon mangga tetap diadakan sebagai penyaring udara dari panas aspal serta peneduh area carport sendiri. Untuk taman belakang memanfaatkan bambu yang tinggi untuk menjaga privasi. Pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan menghasilkan rumah memiliki area terbuka 52% dan 48% terbangun. Efisiensi dilakukan dengan melakukan pencampuran aktivitas serta minimalisir sirkulasi.