The Equalizer adalah suatu konsep arsitektur Metafora dari sebuah Irama dalam aktifitas di kehidupan kita, Irama menjadi satu kata kunci bagi Arsitek dalam merancang bangunan yang memiliki 3 Fungsi utama ini yaitu Rumah Produksi, Studio Musik, dan Studio Balet. Arsitek mencoba mencari benang merah dari ketiga kegiatan tersebut dan diperolehlah Kata Irama yang akhirnya diimplementasikan ke dalam Bentuk Equalizer sebagai representasi dari Irama tsb. Naik turunnya sebuah equalizer diartikan sebagai suatu irama yang tidak terlepas dari suatu aktifitas perfilm-an, musik dan tari ballet. Hal ini membuat seolah bangunan ini memiliki Irama seperti kegiatan-kegiatan yang diwadahinya.
Berawal dari Konsep massa yang ada, Arsitek membelah massa menjadi 2 bagian utama, dimana massa pertama memiliki proporsi tinggi keatas, dan massa kedua memiliki proporsi maju kedepan, ini simbolik gerakan tangan seorang Dirigen dalam mengatur irama, jarak antara massa digunakan sebagai akses serta menjadi Koridor berbentuk T yang akhirnya menciptakan efek Triple Cross Ventilation, dimana angin dan Sinar matahari dapat masuk dan keluar lewat 3 jalur yang berbeda.
Bentuk massa kotak yang ada juga disesuiakan dengan jarak struktur yang tipikal sehingga menghasilkan efisiensi biaya saat proses konstruksinya. Bangunan ini dirancang Glassless yang artinya minim kaca, dikarenakan kegiatan utama sebagai Studio Musik dan Studio Produksi Film membutuhkan kondisi ruang yang kedap, sehingga kecilnya kaca akan mengoptimalkan soundproof system dalam bangunan ini. Fasade bangunan yang memiliki kaca kecil memanjang, selain sebagai Optimizer sounproof juga berfungsi sebagai pemblok matahari barat yang berada persis didepan bangunan ini.
Setiap lantai diberikan area komunal terbuka sebagai area interaksi tamu yang datang, sekaligus menjadi Area greenery di bangunan ini. Pada area lantai 1 terdapat cafetaria kecil dilengkapi dengan kolam sebagai air cooler menuju ke dalam koridor utama bangunan. Parkiran dan tembok pembatas dibuat dengan elemen greenery sehingga membuat Iklim mikro di bangunan ini menjadi lebih sejuk. Tembok pada koridor-koridor dalam bangunan dibuat dari pelesteran guratan air terjun sehingga menciptakan suatu kesan yang lebih dingin pada bangunan ini.
Konsep Metafora equalizer diterapkan ke berbagai bentuk elemen pada bangunan ini, sebagai simbol utama, Fasade di-equalizerkan oleh bata tempel yang disorot lampu sebagai elemen penegasnya, disusul dengan bentuk lampu plafond, handle, dekorasi dinding, sign ruang, dan Plafond Ruang balet yang sama yaitu membentuk equalizer.
Elemen green architecture juga diterapkan dalam bangunan ini, selain memperhatikan efek cross ventilation dan greenery, Arsitek juga merancang 85% area Lantai 1 diluar bangunan merupakan area resapan tanah yang diimplementasikan dalam Carport rumput dan grassblock pada area servisnya, sehingga menjadi peresap air hujan yang baik.
The Equalizer adalah suatu konsep arsitektur Metafora dari sebuah Irama dalam aktifitas di kehidupan kita, Irama menjadi satu kata kunci bagi Arsitek dalam merancang bangunan yang memiliki 3 Fungsi utama ini yaitu Rumah Produksi, Studio Musik, dan Studio Balet. Arsitek mencoba mencari benang merah dari ketiga kegiatan tersebut dan diperolehlah Kata Irama yang akhirnya diimplementasikan ke dalam Bentuk Equalizer sebagai representasi dari Irama tsb. Naik turunnya sebuah equalizer diartikan sebagai suatu irama yang tidak terlepas dari suatu aktifitas perfilm-an, musik dan tari ballet. Hal ini membuat seolah bangunan ini memiliki Irama seperti kegiatan-kegiatan yang diwadahinya.
Berawal dari Konsep massa yang ada, Arsitek membelah massa menjadi 2 bagian utama, dimana massa pertama memiliki proporsi tinggi keatas, dan massa kedua memiliki proporsi maju kedepan, ini simbolik gerakan tangan seorang Dirigen dalam mengatur irama, jarak antara massa digunakan sebagai akses serta menjadi Koridor berbentuk T yang akhirnya menciptakan efek Triple Cross Ventilation, dimana angin dan Sinar matahari dapat masuk dan keluar lewat 3 jalur yang berbeda.
Bentuk massa kotak yang ada juga disesuiakan dengan jarak struktur yang tipikal sehingga menghasilkan efisiensi biaya saat proses konstruksinya. Bangunan ini dirancang Glassless yang artinya minim kaca, dikarenakan kegiatan utama sebagai Studio Musik dan Studio Produksi Film membutuhkan kondisi ruang yang kedap, sehingga kecilnya kaca akan mengoptimalkan soundproof system dalam bangunan ini. Fasade bangunan yang memiliki kaca kecil memanjang, selain sebagai Optimizer sounproof juga berfungsi sebagai pemblok matahari barat yang berada persis didepan bangunan ini.
Setiap lantai diberikan area komunal terbuka sebagai area interaksi tamu yang datang, sekaligus menjadi Area greenery di bangunan ini. Pada area lantai 1 terdapat cafetaria kecil dilengkapi dengan kolam sebagai air cooler menuju ke dalam koridor utama bangunan. Parkiran dan tembok pembatas dibuat dengan elemen greenery sehingga membuat Iklim mikro di bangunan ini menjadi lebih sejuk. Tembok pada koridor-koridor dalam bangunan dibuat dari pelesteran guratan air terjun sehingga menciptakan suatu kesan yang lebih dingin pada bangunan ini.
Konsep Metafora equalizer diterapkan ke berbagai bentuk elemen pada bangunan ini, sebagai simbol utama, Fasade di-equalizerkan oleh bata tempel yang disorot lampu sebagai elemen penegasnya, disusul dengan bentuk lampu plafond, handle, dekorasi dinding, sign ruang, dan Plafond Ruang balet yang sama yaitu membentuk equalizer.
Elemen green architecture juga diterapkan dalam bangunan ini, selain memperhatikan efek cross ventilation dan greenery, Arsitek juga merancang 85% area Lantai 1 diluar bangunan merupakan area resapan tanah yang diimplementasikan dalam Carport rumput dan grassblock pada area servisnya, sehingga menjadi peresap air hujan yang baik.
The Equalizer adalah suatu konsep arsitektur Metafora dari sebuah Irama dalam aktifitas di kehidupan kita, Irama menjadi satu kata kunci bagi Arsitek dalam merancang bangunan yang memiliki 3 Fungsi utama ini yaitu Rumah Produksi, Studio Musik, dan Studio Balet. Arsitek mencoba mencari benang merah dari ketiga kegiatan tersebut dan diperolehlah Kata Irama yang akhirnya diimplementasikan ke dalam Bentuk Equalizer sebagai representasi dari Irama tsb. Naik turunnya sebuah equalizer diartikan sebagai suatu irama yang tidak terlepas dari suatu aktifitas perfilm-an, musik dan tari ballet. Hal ini membuat seolah bangunan ini memiliki Irama seperti kegiatan-kegiatan yang diwadahinya.
Berawal dari Konsep massa yang ada, Arsitek membelah massa menjadi 2 bagian utama, dimana massa pertama memiliki proporsi tinggi keatas, dan massa kedua memiliki proporsi maju kedepan, ini simbolik gerakan tangan seorang Dirigen dalam mengatur irama, jarak antara massa digunakan sebagai akses serta menjadi Koridor berbentuk T yang akhirnya menciptakan efek Triple Cross Ventilation, dimana angin dan Sinar matahari dapat masuk dan keluar lewat 3 jalur yang berbeda.
Bentuk massa kotak yang ada juga disesuiakan dengan jarak struktur yang tipikal sehingga menghasilkan efisiensi biaya saat proses konstruksinya. Bangunan ini dirancang Glassless yang artinya minim kaca, dikarenakan kegiatan utama sebagai Studio Musik dan Studio Produksi Film membutuhkan kondisi ruang yang kedap, sehingga kecilnya kaca akan mengoptimalkan soundproof system dalam bangunan ini. Fasade bangunan yang memiliki kaca kecil memanjang, selain sebagai Optimizer sounproof juga berfungsi sebagai pemblok matahari barat yang berada persis didepan bangunan ini.
Setiap lantai diberikan area komunal terbuka sebagai area interaksi tamu yang datang, sekaligus menjadi Area greenery di bangunan ini. Pada area lantai 1 terdapat cafetaria kecil dilengkapi dengan kolam sebagai air cooler menuju ke dalam koridor utama bangunan. Parkiran dan tembok pembatas dibuat dengan elemen greenery sehingga membuat Iklim mikro di bangunan ini menjadi lebih sejuk. Tembok pada koridor-koridor dalam bangunan dibuat dari pelesteran guratan air terjun sehingga menciptakan suatu kesan yang lebih dingin pada bangunan ini.
Konsep Metafora equalizer diterapkan ke berbagai bentuk elemen pada bangunan ini, sebagai simbol utama, Fasade di-equalizerkan oleh bata tempel yang disorot lampu sebagai elemen penegasnya, disusul dengan bentuk lampu plafond, handle, dekorasi dinding, sign ruang, dan Plafond Ruang balet yang sama yaitu membentuk equalizer.
Elemen green architecture juga diterapkan dalam bangunan ini, selain memperhatikan efek cross ventilation dan greenery, Arsitek juga merancang 85% area Lantai 1 diluar bangunan merupakan area resapan tanah yang diimplementasikan dalam Carport rumput dan grassblock pada area servisnya, sehingga menjadi peresap air hujan yang baik.