Bermula dari sebuah rumah lama setinggi dua lantai, yang di lantai atasnya terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar pembantu dan ruang service. Karena banyak masalah, antara lain kebocoran yang berkepanjangan tanpa pernah terselesaikan dengan tuntas, maka si pemilik merasa perlu untuk merenovasi rumahnya secara signifikan. Klien meminta di lantai atas terdapat tiga kamar untuk anak-anak mereka, dan lantai bawah ditata ulang untuk lebih mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan baru. Selain itu, klien juga meminta agar rumahnya diberi banyak kaca, tetapi privasi kegiatan keluarga di dalamnya tetap bisa terjaga. Untuk tampilan rumah, klien tak mau terlihat terlalu mewah, namun cukup mampu menjadi representasi bagi pemiliknya. Dari permintaan klien itulah, maka rumah ini kemudian didesain dengan mengolah dan mengeksplorasi potensi penggunaan material demi material, yang ditata secara berulang dan terintegrasi, mulai dari bentuk, eksterior, interior hingga ke perabot yang ada di dalamnya. Dengan rancangan yang mengolah materialitas tersebut, rumah ini menjadi sangat menyatu antara elemen-elemennya dan bisa membuat irama antar bidang yang berbeda-beda menjadi satu sinergi yang sama. Perabot bukan hanya sebagai pengisi ruang belaka, tetapi sekaligus sebagai elemen yang sangat mempengaruhi ruang, bisa menjadi satu kesatuan dengan ruang-ruang yang ada, bahkan keseluruhan rumah sebagai hasil jelajah materialitas (exploring materiality).
Bagian eksterior depan rumah merupakan perpaduan antara unsur-unsur baru dan lama. Unsur lama seperti sebidang dinding batu alam yang tetap dipertahankan, membuat rumah ini masih tetap punya keterkaitan secara visual dengan rumah-rumah lain di sekitar lingkungannya. Unsur-unsur baru dibuat dengan bahan-bahan yang biasa, seperti semen roll dan semen aci, karena pemilik rumah menginginkan tampilan yang sederhana dan tak terlalu mencolok. Maka dibuat irama dari elemen-elemen yang sederhana tersebut, tetapi dengan sentuhan desain yang berbeda. Pagar depan menggunakan bata ringan ecoblock yang ditata secara acak dan tetap dengan warna aslinya. Dinding depan rumah dengan permukaan berlapis semen aci yang dibagi dalam segmen-segmen membentuk bidang-bidang persegi yang juga acak. Segmen-segmen persegi ini juga menjadi elemen yang diulang hingga ke bagian dalam rumah. Terdapat dua carport di sisi kanan dan kiri rumah. Carport yang baru dibuat berlantai paving segi enam dengan warna random antara abu-abu dan merah, sebagian dibiarkan berupa tanah yang ditanami rumput. Atapnya ditutup dengan tananam rambat (markisa) yang nantinya akan memenuhi bagian atas. Rambatan di bagian atas ini dibuat dari kawat ayam, yang bisa menyatu secara apik dengan pagar depan yang berbahan expanded metal sheet. Juga pot tanaman, tempat sampah dan nomor rumah pun juga didesain dengan pertimbangan material agar menyatu dengan tampilan rumah.
Memasuki rumah ini, kita akan disambut dengan ruang tamu yang kecil tetapi cukup fungsional. Ruang tamu yang dirancang dengan konsep syari dan Islami, di mana tamu tidak bisa melihat ke dalam rumah karena dihalangi oleh dinding dengan frame HPL dan kaca sunblast sehingga pandangan mata tak bisa menembus ke dalam. Ruang utama dalam rumah merupakan sebuah ruang besar dengan denah terbuka (open plan), yang terdiri dari: ruang keluarga, ruang makan, mushola dan dapur. Keempat ruang ini menjadi satu kesatuan ruang yang utuh, tetapi masing-masing tetap memiliki ciri tersendiri. Ruang makan sebagai point of view dari ruang dalam ini karena berkesan lebih istimewa dan tak biasa. Meja makan dibuat custom, terbuat dari kayu peti kemas yang di atasnya dilapis kaca bening. Meja ini diberi tulisan-tulisan dalam berbagai bahasa dunia yang artinya: Selamat Makan. Lantai ruang makan juga dengan keramik vintage yang disusun acak, yang memperkuat ruang makan sebagai pusat dari rumah ini. Antara mushola dan ruang makan dibatasi dengan jeruji besi as yang membentuk irama jarak yang sama. Mushola ini juga merupakan ruang yang tak kalah penting di rumah ini, dengan lantai warna kayu yang natural, sedangkan jalan ke arah tempat wudlu berupa tatanan batu-batu kecil berwarna putih yang kontras dengan warna kayu. Di dinding mushola arah kiblat terdapat kaligrafi berlafal Syahadat yang menambah nuansa religius di rumah ini. Keempat ruang di area tengah ini disatukan dengan material HPL dan juga perabot dari bahan kayu peti kemas, yang memberi kesan sederhana namun punya tekstur dan kesan yang khas. Di bagian dapur, perabot dan dinding diberi aksentuasi garis-garis dari material HPL warna putih yang dibuat dengan mengulang garis-garis pada ruang tamu.
Selain itu, di bagian ruang utama ini terdapat tangga beton yang menjadi elemen yang paling menarik dan terletak di tengah-tengah, yang sekaligus mendukung keberadaan ruang makan yang cukup catchy. Railing tangga dibuat menempel di sisi luar anak tangga sehingga secara visual berkesan melayang. Railing ini dari baja plat yang disusun dengan jarak yang acak sehingga membentuk irama yang rancak, yang dibuat dengan eksperimen langsung di lapangan. Dan akhirnya, di belakang ruang makan dan tangga terdapat bidang dinding yang sangat kontras dengan dinding yang lain, berupa dinding bata ekspos berwarna terakota yang dibuat menerus dari lantai bawah hingga ke atas, dengan tonjolan dan lubang-lubang random yang semakin menambah kekuatan materialitas di bagian ini. Sebuah bidang bertekstur kasar dan berwarna gelap di tengah-tengah material yang halus, bersih dan berwarna cerah, membentuk kontradiksi yang mengejutkan. Adanya tangga dan background terakota ini menjadi elemen yang sangat vital dan mempercantik void yang menghubungkan antara ruang bawah dan ruang atas.
Di lantai atas, terdapat ruang treadmill dan ruang bersama, dan di bagian depannya terdapat tiga kamar tidur anak yang didesain secara custom, dengan mengikuti hobi, minat dan kesukaan anak sehingga tampil dengan kesan dan tema yang berbeda-beda. Ada yang dominan biru tua, biru muda dan oranye. Ada yang suka sepeda, ada yang suka alam dan kupu-kupu. Tetapi semuanya disatukan dengan aksen warna abu-abu yang mampu menjaga unity antara ketiga kamar tersebut, dan sekaligus menyatu dengan keseluruhan rumah yang dominan menggunakan warna abu-abu semen. Lantai atas ini dilengkapi dengan zona service untuk mendukung kegiatan penghuni. Zona service ini cukup penting sebagai tulang punggung kegiatan sehari-hari di rumah, dan terdiri dari ruang pembantu, pantry, gudang, ruang cuci dan jemur, serta tandon air atas. Sedangkan balkon yang menjorok ke depan pada awalnya merupakan bagian dek atas carport lama yang kemudian diperlebar agar bisa menjadi tempat kegiatan outdoor bagi keluarga. Maka balkon ini lebih rendah dari lantai atas, sehingga diberi tangga untuk turun. Berbeda dengan dinding luar lantai bawah yang cenderung masif dari bahan semen, dinding lantai atas ini lebih berkesan meruang dengan material kaca-kaca sunblast dengan derajat tembus cahaya yang diatur secara random, sehingga terlihat lebih natural dan jauh dari kesan kaku. Ini merupakan bagian dari skenario exploring materiality yang menjadi jiwa desain dari rumah ini.
Bermula dari sebuah rumah lama setinggi dua lantai, yang di lantai atasnya terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar pembantu dan ruang service. Karena banyak masalah, antara lain kebocoran yang berkepanjangan tanpa pernah terselesaikan dengan tuntas, maka si pemilik merasa perlu untuk merenovasi rumahnya secara signifikan. Klien meminta di lantai atas terdapat tiga kamar untuk anak-anak mereka, dan lantai bawah ditata ulang untuk lebih mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan baru. Selain itu, klien juga meminta agar rumahnya diberi banyak kaca, tetapi privasi kegiatan keluarga di dalamnya tetap bisa terjaga. Untuk tampilan rumah, klien tak mau terlihat terlalu mewah, namun cukup mampu menjadi representasi bagi pemiliknya. Dari permintaan klien itulah, maka rumah ini kemudian didesain dengan mengolah dan mengeksplorasi potensi penggunaan material demi material, yang ditata secara berulang dan terintegrasi, mulai dari bentuk, eksterior, interior hingga ke perabot yang ada di dalamnya. Dengan rancangan yang mengolah materialitas tersebut, rumah ini menjadi sangat menyatu antara elemen-elemennya dan bisa membuat irama antar bidang yang berbeda-beda menjadi satu sinergi yang sama. Perabot bukan hanya sebagai pengisi ruang belaka, tetapi sekaligus sebagai elemen yang sangat mempengaruhi ruang, bisa menjadi satu kesatuan dengan ruang-ruang yang ada, bahkan keseluruhan rumah sebagai hasil jelajah materialitas (exploring materiality).
Bagian eksterior depan rumah merupakan perpaduan antara unsur-unsur baru dan lama. Unsur lama seperti sebidang dinding batu alam yang tetap dipertahankan, membuat rumah ini masih tetap punya keterkaitan secara visual dengan rumah-rumah lain di sekitar lingkungannya. Unsur-unsur baru dibuat dengan bahan-bahan yang biasa, seperti semen roll dan semen aci, karena pemilik rumah menginginkan tampilan yang sederhana dan tak terlalu mencolok. Maka dibuat irama dari elemen-elemen yang sederhana tersebut, tetapi dengan sentuhan desain yang berbeda. Pagar depan menggunakan bata ringan ecoblock yang ditata secara acak dan tetap dengan warna aslinya. Dinding depan rumah dengan permukaan berlapis semen aci yang dibagi dalam segmen-segmen membentuk bidang-bidang persegi yang juga acak. Segmen-segmen persegi ini juga menjadi elemen yang diulang hingga ke bagian dalam rumah. Terdapat dua carport di sisi kanan dan kiri rumah. Carport yang baru dibuat berlantai paving segi enam dengan warna random antara abu-abu dan merah, sebagian dibiarkan berupa tanah yang ditanami rumput. Atapnya ditutup dengan tananam rambat (markisa) yang nantinya akan memenuhi bagian atas. Rambatan di bagian atas ini dibuat dari kawat ayam, yang bisa menyatu secara apik dengan pagar depan yang berbahan expanded metal sheet. Juga pot tanaman, tempat sampah dan nomor rumah pun juga didesain dengan pertimbangan material agar menyatu dengan tampilan rumah.
Memasuki rumah ini, kita akan disambut dengan ruang tamu yang kecil tetapi cukup fungsional. Ruang tamu yang dirancang dengan konsep syari dan Islami, di mana tamu tidak bisa melihat ke dalam rumah karena dihalangi oleh dinding dengan frame HPL dan kaca sunblast sehingga pandangan mata tak bisa menembus ke dalam. Ruang utama dalam rumah merupakan sebuah ruang besar dengan denah terbuka (open plan), yang terdiri dari: ruang keluarga, ruang makan, mushola dan dapur. Keempat ruang ini menjadi satu kesatuan ruang yang utuh, tetapi masing-masing tetap memiliki ciri tersendiri. Ruang makan sebagai point of view dari ruang dalam ini karena berkesan lebih istimewa dan tak biasa. Meja makan dibuat custom, terbuat dari kayu peti kemas yang di atasnya dilapis kaca bening. Meja ini diberi tulisan-tulisan dalam berbagai bahasa dunia yang artinya: Selamat Makan. Lantai ruang makan juga dengan keramik vintage yang disusun acak, yang memperkuat ruang makan sebagai pusat dari rumah ini. Antara mushola dan ruang makan dibatasi dengan jeruji besi as yang membentuk irama jarak yang sama. Mushola ini juga merupakan ruang yang tak kalah penting di rumah ini, dengan lantai warna kayu yang natural, sedangkan jalan ke arah tempat wudlu berupa tatanan batu-batu kecil berwarna putih yang kontras dengan warna kayu. Di dinding mushola arah kiblat terdapat kaligrafi berlafal Syahadat yang menambah nuansa religius di rumah ini. Keempat ruang di area tengah ini disatukan dengan material HPL dan juga perabot dari bahan kayu peti kemas, yang memberi kesan sederhana namun punya tekstur dan kesan yang khas. Di bagian dapur, perabot dan dinding diberi aksentuasi garis-garis dari material HPL warna putih yang dibuat dengan mengulang garis-garis pada ruang tamu.
Selain itu, di bagian ruang utama ini terdapat tangga beton yang menjadi elemen yang paling menarik dan terletak di tengah-tengah, yang sekaligus mendukung keberadaan ruang makan yang cukup catchy. Railing tangga dibuat menempel di sisi luar anak tangga sehingga secara visual berkesan melayang. Railing ini dari baja plat yang disusun dengan jarak yang acak sehingga membentuk irama yang rancak, yang dibuat dengan eksperimen langsung di lapangan. Dan akhirnya, di belakang ruang makan dan tangga terdapat bidang dinding yang sangat kontras dengan dinding yang lain, berupa dinding bata ekspos berwarna terakota yang dibuat menerus dari lantai bawah hingga ke atas, dengan tonjolan dan lubang-lubang random yang semakin menambah kekuatan materialitas di bagian ini. Sebuah bidang bertekstur kasar dan berwarna gelap di tengah-tengah material yang halus, bersih dan berwarna cerah, membentuk kontradiksi yang mengejutkan. Adanya tangga dan background terakota ini menjadi elemen yang sangat vital dan mempercantik void yang menghubungkan antara ruang bawah dan ruang atas.
Di lantai atas, terdapat ruang treadmill dan ruang bersama, dan di bagian depannya terdapat tiga kamar tidur anak yang didesain secara custom, dengan mengikuti hobi, minat dan kesukaan anak sehingga tampil dengan kesan dan tema yang berbeda-beda. Ada yang dominan biru tua, biru muda dan oranye. Ada yang suka sepeda, ada yang suka alam dan kupu-kupu. Tetapi semuanya disatukan dengan aksen warna abu-abu yang mampu menjaga unity antara ketiga kamar tersebut, dan sekaligus menyatu dengan keseluruhan rumah yang dominan menggunakan warna abu-abu semen. Lantai atas ini dilengkapi dengan zona service untuk mendukung kegiatan penghuni. Zona service ini cukup penting sebagai tulang punggung kegiatan sehari-hari di rumah, dan terdiri dari ruang pembantu, pantry, gudang, ruang cuci dan jemur, serta tandon air atas. Sedangkan balkon yang menjorok ke depan pada awalnya merupakan bagian dek atas carport lama yang kemudian diperlebar agar bisa menjadi tempat kegiatan outdoor bagi keluarga. Maka balkon ini lebih rendah dari lantai atas, sehingga diberi tangga untuk turun. Berbeda dengan dinding luar lantai bawah yang cenderung masif dari bahan semen, dinding lantai atas ini lebih berkesan meruang dengan material kaca-kaca sunblast dengan derajat tembus cahaya yang diatur secara random, sehingga terlihat lebih natural dan jauh dari kesan kaku. Ini merupakan bagian dari skenario exploring materiality yang menjadi jiwa desain dari rumah ini.
Bermula dari sebuah rumah lama setinggi dua lantai, yang di lantai atasnya terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar pembantu dan ruang service. Karena banyak masalah, antara lain kebocoran yang berkepanjangan tanpa pernah terselesaikan dengan tuntas, maka si pemilik merasa perlu untuk merenovasi rumahnya secara signifikan. Klien meminta di lantai atas terdapat tiga kamar untuk anak-anak mereka, dan lantai bawah ditata ulang untuk lebih mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan baru. Selain itu, klien juga meminta agar rumahnya diberi banyak kaca, tetapi privasi kegiatan keluarga di dalamnya tetap bisa terjaga. Untuk tampilan rumah, klien tak mau terlihat terlalu mewah, namun cukup mampu menjadi representasi bagi pemiliknya. Dari permintaan klien itulah, maka rumah ini kemudian didesain dengan mengolah dan mengeksplorasi potensi penggunaan material demi material, yang ditata secara berulang dan terintegrasi, mulai dari bentuk, eksterior, interior hingga ke perabot yang ada di dalamnya. Dengan rancangan yang mengolah materialitas tersebut, rumah ini menjadi sangat menyatu antara elemen-elemennya dan bisa membuat irama antar bidang yang berbeda-beda menjadi satu sinergi yang sama. Perabot bukan hanya sebagai pengisi ruang belaka, tetapi sekaligus sebagai elemen yang sangat mempengaruhi ruang, bisa menjadi satu kesatuan dengan ruang-ruang yang ada, bahkan keseluruhan rumah sebagai hasil jelajah materialitas (exploring materiality).
Bagian eksterior depan rumah merupakan perpaduan antara unsur-unsur baru dan lama. Unsur lama seperti sebidang dinding batu alam yang tetap dipertahankan, membuat rumah ini masih tetap punya keterkaitan secara visual dengan rumah-rumah lain di sekitar lingkungannya. Unsur-unsur baru dibuat dengan bahan-bahan yang biasa, seperti semen roll dan semen aci, karena pemilik rumah menginginkan tampilan yang sederhana dan tak terlalu mencolok. Maka dibuat irama dari elemen-elemen yang sederhana tersebut, tetapi dengan sentuhan desain yang berbeda. Pagar depan menggunakan bata ringan ecoblock yang ditata secara acak dan tetap dengan warna aslinya. Dinding depan rumah dengan permukaan berlapis semen aci yang dibagi dalam segmen-segmen membentuk bidang-bidang persegi yang juga acak. Segmen-segmen persegi ini juga menjadi elemen yang diulang hingga ke bagian dalam rumah. Terdapat dua carport di sisi kanan dan kiri rumah. Carport yang baru dibuat berlantai paving segi enam dengan warna random antara abu-abu dan merah, sebagian dibiarkan berupa tanah yang ditanami rumput. Atapnya ditutup dengan tananam rambat (markisa) yang nantinya akan memenuhi bagian atas. Rambatan di bagian atas ini dibuat dari kawat ayam, yang bisa menyatu secara apik dengan pagar depan yang berbahan expanded metal sheet. Juga pot tanaman, tempat sampah dan nomor rumah pun juga didesain dengan pertimbangan material agar menyatu dengan tampilan rumah.
Memasuki rumah ini, kita akan disambut dengan ruang tamu yang kecil tetapi cukup fungsional. Ruang tamu yang dirancang dengan konsep syari dan Islami, di mana tamu tidak bisa melihat ke dalam rumah karena dihalangi oleh dinding dengan frame HPL dan kaca sunblast sehingga pandangan mata tak bisa menembus ke dalam. Ruang utama dalam rumah merupakan sebuah ruang besar dengan denah terbuka (open plan), yang terdiri dari: ruang keluarga, ruang makan, mushola dan dapur. Keempat ruang ini menjadi satu kesatuan ruang yang utuh, tetapi masing-masing tetap memiliki ciri tersendiri. Ruang makan sebagai point of view dari ruang dalam ini karena berkesan lebih istimewa dan tak biasa. Meja makan dibuat custom, terbuat dari kayu peti kemas yang di atasnya dilapis kaca bening. Meja ini diberi tulisan-tulisan dalam berbagai bahasa dunia yang artinya: Selamat Makan. Lantai ruang makan juga dengan keramik vintage yang disusun acak, yang memperkuat ruang makan sebagai pusat dari rumah ini. Antara mushola dan ruang makan dibatasi dengan jeruji besi as yang membentuk irama jarak yang sama. Mushola ini juga merupakan ruang yang tak kalah penting di rumah ini, dengan lantai warna kayu yang natural, sedangkan jalan ke arah tempat wudlu berupa tatanan batu-batu kecil berwarna putih yang kontras dengan warna kayu. Di dinding mushola arah kiblat terdapat kaligrafi berlafal Syahadat yang menambah nuansa religius di rumah ini. Keempat ruang di area tengah ini disatukan dengan material HPL dan juga perabot dari bahan kayu peti kemas, yang memberi kesan sederhana namun punya tekstur dan kesan yang khas. Di bagian dapur, perabot dan dinding diberi aksentuasi garis-garis dari material HPL warna putih yang dibuat dengan mengulang garis-garis pada ruang tamu.
Selain itu, di bagian ruang utama ini terdapat tangga beton yang menjadi elemen yang paling menarik dan terletak di tengah-tengah, yang sekaligus mendukung keberadaan ruang makan yang cukup catchy. Railing tangga dibuat menempel di sisi luar anak tangga sehingga secara visual berkesan melayang. Railing ini dari baja plat yang disusun dengan jarak yang acak sehingga membentuk irama yang rancak, yang dibuat dengan eksperimen langsung di lapangan. Dan akhirnya, di belakang ruang makan dan tangga terdapat bidang dinding yang sangat kontras dengan dinding yang lain, berupa dinding bata ekspos berwarna terakota yang dibuat menerus dari lantai bawah hingga ke atas, dengan tonjolan dan lubang-lubang random yang semakin menambah kekuatan materialitas di bagian ini. Sebuah bidang bertekstur kasar dan berwarna gelap di tengah-tengah material yang halus, bersih dan berwarna cerah, membentuk kontradiksi yang mengejutkan. Adanya tangga dan background terakota ini menjadi elemen yang sangat vital dan mempercantik void yang menghubungkan antara ruang bawah dan ruang atas.
Di lantai atas, terdapat ruang treadmill dan ruang bersama, dan di bagian depannya terdapat tiga kamar tidur anak yang didesain secara custom, dengan mengikuti hobi, minat dan kesukaan anak sehingga tampil dengan kesan dan tema yang berbeda-beda. Ada yang dominan biru tua, biru muda dan oranye. Ada yang suka sepeda, ada yang suka alam dan kupu-kupu. Tetapi semuanya disatukan dengan aksen warna abu-abu yang mampu menjaga unity antara ketiga kamar tersebut, dan sekaligus menyatu dengan keseluruhan rumah yang dominan menggunakan warna abu-abu semen. Lantai atas ini dilengkapi dengan zona service untuk mendukung kegiatan penghuni. Zona service ini cukup penting sebagai tulang punggung kegiatan sehari-hari di rumah, dan terdiri dari ruang pembantu, pantry, gudang, ruang cuci dan jemur, serta tandon air atas. Sedangkan balkon yang menjorok ke depan pada awalnya merupakan bagian dek atas carport lama yang kemudian diperlebar agar bisa menjadi tempat kegiatan outdoor bagi keluarga. Maka balkon ini lebih rendah dari lantai atas, sehingga diberi tangga untuk turun. Berbeda dengan dinding luar lantai bawah yang cenderung masif dari bahan semen, dinding lantai atas ini lebih berkesan meruang dengan material kaca-kaca sunblast dengan derajat tembus cahaya yang diatur secara random, sehingga terlihat lebih natural dan jauh dari kesan kaku. Ini merupakan bagian dari skenario exploring materiality yang menjadi jiwa desain dari rumah ini.