ph
Select Country
Search Icon
close icon
ARCHIFYNOW > HIGHLIGHTS > Penting Mengapa Biro Arsitektur Memerlukan Business Plan dan Bagaimana Cara Menyusunnya

Penting! Mengapa Biro Arsitektur Memerlukan Business Plan dan Bagaimana Cara Menyusunnya

BY
fb icon
wa icon
email icon

Membuat biro yang berkembang, merancang berbagai proyek impian, dan memberikan sumbangan bagi dunia arsitektur tentu menjadi cita-cita besar dari arsitek saat merintis sebuah biro arsitektur. Ketika cita-cita itu sudah ada, bagaimana arsitek dapat menentukan langkah untuk mencapai tujuannya? Meskipun fokus utama biro arsitektur adalah penyediaan jasa konsultan perancangan, biro arsitektur juga merupakan badan usaha yang pengembangannya perlu direncanakan dengan cermat. Apabila Anda adalah arsitek yang sedang berencana membangun sebuah biro arsitektur, tentu Anda memiliki visi untuk biro Anda sendiri. Business plan adalah dokumen berupa deskripsi tertulis dari visi yang Anda miliki bagi biro arsitektur Anda di masa depan. Dengan business plan, Anda dapat membuat langkah yang rinci untuk mengembangkan biro arsitektur Anda, contohnya membuat strategi bagaimana biro yang pada awalnya beranggotakan dua orang arsitek menjadi biro besar dengan proyek berskala internasional. Business plan sebaiknya sudah dipersiapkan pada awal mendirikan biro arsitektur sebagai badan usaha.

Penyusunan business plan tidak hanya akan berguna bagi arsitek prinsipal dalam membangun tim, business plan berguna dalam upaya mengelola pertumbuhan biro arsitektur Anda. Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam menyusun business plan? Bagaimana pengaruh business plan terhadap keberlangsungan biro arsitektur Anda? Disadur dari buku The Architect in Practice karangan David Chappell dan Michael Dunn, hal-hal di bawah ini adalah yang perlu Anda tentukan saat menyusun business plan Anda dilengkapi dengan penjelasan mengenai manfaatnya.

1. The current position

Bagian ini merinci berbagai fakta kondisi pada saat dokumen business plan disusun. Pada bagian ini, arsitek dapat menuliskan bagaimana pengalaman praktik yang saat ini dilakukannya. Selain itu, karena biro arsitektur merupakan badan usaha, arsitek juga harus menyusun perincian mengenai inventaris alat yang dimiliki, kontak konsultan pendukung, beban perpajakan, dan kondisi finansial pada saat dokumen itu dibuat. Arsitek juga perlu menuliskan data anggota tim dan kualifikasi dari masing-masing anggota tim atau partner arsitek.

2. The client base

Di bagian ini, arsitek mendeskripsikan jasa yang akan diberikan dalam praktik arsitektur yang ia bawa dalam biro arsitekturnya. Diawali dengan menuliskan jumlah dan tipe klien yang pernah dilayani di pengalaman sebelumnya, arsitek dapat mengetahui perkiraan proyek seperti apa yang prinsip perancangannya sudah dikuasai. Dari bagian ini, arsitek juga dapat memperkirakan proyek baru apa yang dapat dikejar dan tipe proyek seperti apa yang akan dikerjakan dalam biro arsitektur yang dibangunnya.

3. The practice philosophy

Mengelaborasi prinsip perancangan dan pendekatan perancangan yang dilakukan bisa menjadi proses yang paling menarik bagi arsitek saat menyusun business plan. Pada bagian ini, arsitek dapat dengan bebas menggambarkan visinya dalam praktik berarsitektur. Sebagai arsitek prinsipal di biro arsitektur Anda sendiri, Anda memiliki kewenangan untuk mengarahkan prinsip dan koridor desain yang akan dilakukan oleh tim Anda. Pastikan bahwa biro arsitektur Anda membawa kesegaran, inovasi, dan manfaat bagi dunia arsitektur.

4. The five or ten year goal for the practice

Kapan cita-cita Anda akan tercapai? Pada bagian ini, arsitek dapat menentukan apa saja yang ingin tercapai dalam kurun waktu yang definitif. Baik dalam bentuk karya, jangkauan proyek, jumlah staf, jumlah klien dan proyek, hingga target perolehan profit dapat dijabarkan secara lebih rinci dalam business plan. Tidak harus terbatas pada kurun lima dan sepuluh tahun, target pencapaian juga dapat dibuat berjangka setiap tahun atau setiap dua tahun, sesuai dengan preferensi arsitek saat menyusun business plan biro arsitekturnya.

5. SWOT analysis

Strength, weakness, opportunity, threat atau sering disingkat SWOT, dapat menjadi acuan untuk menentukan kondisi biro pada saat business plan dibuat dan apa saja yang perlu diperbaiki. Pada saat menyusun bagian ini, pastikan Anda meninjau praktik biro arsitektur Anda dari setiap perspektif dan menuliskan rincian hasilnya. Setelah selesai membuat rincian, jangan lupa untuk melakukan analisis, atau berdiskusi bersama partner Anda mengenai bagaimana strategi yang harus dibuat untuk mengurangi kekurangan dan ancaman yang ada. Bisa saja suatu kelebihan dapat menjadi solusi bagi kelemahan tertentu. Ancaman, apabila direspon dengan pertimbangan yang matang, bisa menjadi peluang yang menarik untuk biro arsitektur Anda

6. The way forward

Pada bagian ini, arsitek dapat mempersiapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan. Hal yang sangat penting untuk direncanakan pada bagian ini adalah proyeksi cash-flow dan budgeting biro arsitektur. Merupakan hal yang wajar apabila arsitek kurang memahami cara menata keuangan dengan benar. Ini menjadi waktu yang tepat untuk belajar mengenai akuntansi dan keuangan dalam menjalankan biro arsitektur, karena selain perlu memiliki kemampuan untuk mendesain, kemampuan dalam menata administrasi juga perlu dikuasai oleh pemilik biro arsitektur.

Menyusun proyeksi cash-flow dan budgeting akan menjadi sarana untuk menentukan kapan diperlukannya perekrutan staf baru dan kualifikasi staf seperti apa yang akan dibutuhkan. Dari perencanaan pengembangan tim, arsitek juga dapat memperoleh gambaran apa saja yang perlu dicapai dalam biro arsitekturnya. Gambaran ini dapat meliputi rencana proyek milestone, arah pengembangan layanan biro, hingga metode pemasaran yang diterapkan dalam praktik.

Biro Arsitektur Memerlukan Business Plan

Foto: Menentukan milestone yang harus dicapai sangat mempengaruhi keberlangsungan sebuah biro arsitektur. ©Glenn Carstens Peters, unsplash

.

Setiap bagian dari business plan dapat disesuaikan menurut preferensi dan kebutuhan biro arsitektur yang Anda jalankan. Sebagai arsitek dan pemilik bisnis, Anda harus memahami bahwa seiring berjalannya waktu perubahan dan perkembangan yang tidak terduga mungkin saja terjadi. Business plan bukan dokumen pusaka yang harus selalu diikuti sebagaimana dokumen tersebut pertama kali dibuat. Penyesuaian terhadap arah dan strategi pengembangan biro dapat disesuaikan setiap jangka waktu tertentu menurut kondisi, kebutuhan, dan peluang yang ada di masa mendatang.

Penulis: Catharina Kartika UtamiShowcase your portfolio and let more people know about your company!

fb icon
wa icon
email icon
Archifynow
blog platform
ArchifyNow is an online design media that focuses on bringing quality updates of architecture and interior design in Indonesia and Asia Pacific. ArchifyNow curates worthwhile design stories that is expected to enrich the practice of design professionals while introducing applicable design tips and ideas to the public.
More from archifynow
close icon