Walking Drums Margonda adalah cabang ke tiga dari cafe Walking Drums yang ada di Jakarta. Bertempat di jalan margonda raya kota depok yang merupakan salah satu daerah yang dikelilingi universitas-universitas besar disekitarnya.
Ide utama dari Walking Drums Margonda adalah menghadirkan sebuah ruang dimana para pengunjungnya dapat memanfaatkan ruang tersebut sebagai tempat berkumpul, berdiskusi dan belajar. Lokasi site yang tepat berada di jalan raya margonda menginspirasi pendekatan desain dengan membuat ruang terbuka hijau sebagai respon terhadap kurang nya ruang terbuka untuk berkumpul di area sekitar. Area tribun terbuka untuk duduk-duduk dan menikmati keramaian jalan yang dikelilingi pepohonan menjadi satu fitur yang kami hadirkan dalam menjawab kurang nya ruang terbuka di area ini. Area tribun ini yang membentuk tatanan massa di sekitarnya.
Bentuk massa utama bangunan dibuat berbentuk huruf L yang mengelilingi tribun ditengahnya. Pada lantai satu sebelah kiri tribun, fungsi ruang dibagi menjadi area bar dan area duduk indoor. Fungsi ruang penunjang berupa dapur utama, wc, dan kantor diletakan dibelakang sisi tribune. Ruang bawah tribun dimanfaatkan sebagai mushola. Semua ruangan ini dihubungkan dengan koridor yang terletak dibelakang tribune. Pada lantai dua, area duduk dibagi menjadi ruang terbuka pada roof top dan ruang tertutup yang bisa digunakan sebagai ruang belajar dan meeting. Stuktur besi ditambahkan sebagai penopang untuk atap.
Penggunaan enam kontainer bekas yang ditumpuk masing-masing menjadi tiga fungsi ruang merupakan respon arsitek dan owner terhadap keterbatasan biaya dan keterbatasan waktu pengerjaan konstruksi. Kontainer pada bangunan utama dilapisi perforated metal berkarat sebagai selimut bangunan nya. Hal tersebut berfungsi selain untuk mereduksi panas, juga memberikan efek estetika yang terkesan industrial, sesuai tema dan konsep café Walking Drums.
Efek keterbangunan dari desain walking drums margonda saat ini dapat dilihat dari ruang terbuka hijau berupa tribun yang menghadap ke arah jalan yang dimanfaatkan oleh pengunjung kafe ini sebagai tempat “nongkrong” dimana pengunjung dapat menikmati ruang luar dengan nyaman walaupun berada dipinggir jalan utama margonda yang ramai. Susunan massa bangunan yang terkesan ramah dan terbuka membuat restoran ini ramai dikunjungi kalangan muda para pelajar dan mahasiswa yang berada di area sekitar depok.
Walking Drums Margonda adalah cabang ke tiga dari cafe Walking Drums yang ada di Jakarta. Bertempat di jalan margonda raya kota depok yang merupakan salah satu daerah yang dikelilingi universitas-universitas besar disekitarnya.
Ide utama dari Walking Drums Margonda adalah menghadirkan sebuah ruang dimana para pengunjungnya dapat memanfaatkan ruang tersebut sebagai tempat berkumpul, berdiskusi dan belajar. Lokasi site yang tepat berada di jalan raya margonda menginspirasi pendekatan desain dengan membuat ruang terbuka hijau sebagai respon terhadap kurang nya ruang terbuka untuk berkumpul di area sekitar. Area tribun terbuka untuk duduk-duduk dan menikmati keramaian jalan yang dikelilingi pepohonan menjadi satu fitur yang kami hadirkan dalam menjawab kurang nya ruang terbuka di area ini. Area tribun ini yang membentuk tatanan massa di sekitarnya.
Bentuk massa utama bangunan dibuat berbentuk huruf L yang mengelilingi tribun ditengahnya. Pada lantai satu sebelah kiri tribun, fungsi ruang dibagi menjadi area bar dan area duduk indoor. Fungsi ruang penunjang berupa dapur utama, wc, dan kantor diletakan dibelakang sisi tribune. Ruang bawah tribun dimanfaatkan sebagai mushola. Semua ruangan ini dihubungkan dengan koridor yang terletak dibelakang tribune. Pada lantai dua, area duduk dibagi menjadi ruang terbuka pada roof top dan ruang tertutup yang bisa digunakan sebagai ruang belajar dan meeting. Stuktur besi ditambahkan sebagai penopang untuk atap.
Penggunaan enam kontainer bekas yang ditumpuk masing-masing menjadi tiga fungsi ruang merupakan respon arsitek dan owner terhadap keterbatasan biaya dan keterbatasan waktu pengerjaan konstruksi. Kontainer pada bangunan utama dilapisi perforated metal berkarat sebagai selimut bangunan nya. Hal tersebut berfungsi selain untuk mereduksi panas, juga memberikan efek estetika yang terkesan industrial, sesuai tema dan konsep café Walking Drums.
Efek keterbangunan dari desain walking drums margonda saat ini dapat dilihat dari ruang terbuka hijau berupa tribun yang menghadap ke arah jalan yang dimanfaatkan oleh pengunjung kafe ini sebagai tempat “nongkrong” dimana pengunjung dapat menikmati ruang luar dengan nyaman walaupun berada dipinggir jalan utama margonda yang ramai. Susunan massa bangunan yang terkesan ramah dan terbuka membuat restoran ini ramai dikunjungi kalangan muda para pelajar dan mahasiswa yang berada di area sekitar depok.
Walking Drums Margonda adalah cabang ke tiga dari cafe Walking Drums yang ada di Jakarta. Bertempat di jalan margonda raya kota depok yang merupakan salah satu daerah yang dikelilingi universitas-universitas besar disekitarnya.
Ide utama dari Walking Drums Margonda adalah menghadirkan sebuah ruang dimana para pengunjungnya dapat memanfaatkan ruang tersebut sebagai tempat berkumpul, berdiskusi dan belajar. Lokasi site yang tepat berada di jalan raya margonda menginspirasi pendekatan desain dengan membuat ruang terbuka hijau sebagai respon terhadap kurang nya ruang terbuka untuk berkumpul di area sekitar. Area tribun terbuka untuk duduk-duduk dan menikmati keramaian jalan yang dikelilingi pepohonan menjadi satu fitur yang kami hadirkan dalam menjawab kurang nya ruang terbuka di area ini. Area tribun ini yang membentuk tatanan massa di sekitarnya.
Bentuk massa utama bangunan dibuat berbentuk huruf L yang mengelilingi tribun ditengahnya. Pada lantai satu sebelah kiri tribun, fungsi ruang dibagi menjadi area bar dan area duduk indoor. Fungsi ruang penunjang berupa dapur utama, wc, dan kantor diletakan dibelakang sisi tribune. Ruang bawah tribun dimanfaatkan sebagai mushola. Semua ruangan ini dihubungkan dengan koridor yang terletak dibelakang tribune. Pada lantai dua, area duduk dibagi menjadi ruang terbuka pada roof top dan ruang tertutup yang bisa digunakan sebagai ruang belajar dan meeting. Stuktur besi ditambahkan sebagai penopang untuk atap.
Penggunaan enam kontainer bekas yang ditumpuk masing-masing menjadi tiga fungsi ruang merupakan respon arsitek dan owner terhadap keterbatasan biaya dan keterbatasan waktu pengerjaan konstruksi. Kontainer pada bangunan utama dilapisi perforated metal berkarat sebagai selimut bangunan nya. Hal tersebut berfungsi selain untuk mereduksi panas, juga memberikan efek estetika yang terkesan industrial, sesuai tema dan konsep café Walking Drums.
Efek keterbangunan dari desain walking drums margonda saat ini dapat dilihat dari ruang terbuka hijau berupa tribun yang menghadap ke arah jalan yang dimanfaatkan oleh pengunjung kafe ini sebagai tempat “nongkrong” dimana pengunjung dapat menikmati ruang luar dengan nyaman walaupun berada dipinggir jalan utama margonda yang ramai. Susunan massa bangunan yang terkesan ramah dan terbuka membuat restoran ini ramai dikunjungi kalangan muda para pelajar dan mahasiswa yang berada di area sekitar depok.