Saat ini, di kota Surabaya banyak bermunculan budget hotel dengan tampilan dan model yang sangat beragam. Rata-rata dengan nuansa modern dan masa kini, serta berlomba untuk menunjukkan kesan wah dan mewah. Namun, hotel yang didesain oleh Andy Rahman Architect ini justru ingin menampilkan karakter dan suasana yang berbeda (different) dibanding budget hotel pada umumnya, tanpa mengorbankan idealisme dan juga kenyamanan para pengunjungnya.
Royal Bali Hotel ini terletak di Jalan Kendangsari Surabaya, dengan luas lahan 20X50 m2. Fasade bagian depannya dirancang berwujud covering besar sebagai lingkupan untuk melindungi dari panas matahari, karena hotel ini menghadap ke arah barat.
Covering bagian depan ini berupa secondary skin yang terbuat dari material kayu bekas yang disusun secara acak, dengan rangka dari baja bekas. Di bagian depannya lagi terdapat kanopi parkir dari kawat ayam yang diberi tanaman rambat untuk menambah aksen hijau dan alami. Jadi, fasade di bagian depan ini didominasi oleh material bata ekspos, kayu bekas dan tanaman rambat, yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga bisa tampil dengan kompak dan memberi nilai tambah bagi hotel ini.
Secara umum, hotel ini menerapkan konsep low budget, low maintenance. Serta ingin membuktikan bahwa ini bangunan murah tapi bukan murahan, bahwa bangunan ini memakai material bekas, tetapi terlihat keren dan tidak memalukan.
Di samping itu, hotel ini juga menekankan pada kejujuran material, di mana material dimunculkan sesuai dengan nature dan karakternya, tidak dipaksakan atau dibuat-buat. Dinding di bagian depan dibuat miring untuk menangkap view dari pandangan orang yang lewat di depannya. Demikian juga dengan kanopi drop-off yang juga dibuat miring dengan maksud yang serupa.
Sebelum hotel ini didesain, sudah ada bangunan eksisting yang letaknya di bagian paling belakang dari site, merupakan kantor proyek milik klien yang juga seorang developer. Bangunan eksisting ini nantinya tidak dihilangkan, tetapi justru diintegrasikan agar bisa match dan menyatu dengan bangunan yang baru.
Secara vertikal, pembagian zonasi hotel ini yaitu: lantai 1 atau lantai dasar untuk area servis, publik dan karyawan, sedangkan lantai 2 ke atas sebagai zona kamar-kamar. Untuk lantai dasar, terdapat lobby, caf dan restoran, yang orientasinya lebih ke arah utara-selatan, sedangkan ke arah timur menghadap ke taman tengah. Taman tengah ini berfungsi sebagai penghubung antara bagian depan dan belakang hotel, sekaligus sebagai ruang terbuka hijau atau oase bagi ruang-ruang di sekitarnya, juga agar pencahayaan dan penghawaan alami dalam hotel ini menjadi lebih optimal. Meskipun tak terlalu luas, taman tengah ini memberi dampak besar bagi bangunan hotel ini.
Sedangkan lantai 2 ke atas berupa dua buah bedrooms tower yang posisinya berada di kiri dan kanan dengan view ke arah utara dan selatan, dipisahkan oleh koridor besar di bagian tengahnya. Dinding sisi kiri-kanan hotel tidak dibuat menempel tembok luar, tetapi memang sengaja diberi jarak yang cukup agar kamar-kamar yang ada bisa mendapat pencahayaan dan penghawaan alami yang lebih memadai.
Dengan adanya jarak tersebut, maka masih memungkinkan tiap-tiap kamar memiliki balkon dan view ke luar. Agar pandangan visual pengunjung tidak berhadapan secara frontal dengan lingkungannya, maka balkon diberi penghalang berupa dinding yang tidak sepenuhnya tertutup, jadi pengunjung masih bisa melepaskan pandangan ke arah yang berbeda. Hal ini juga dimaksudkan agar privasi pengunjung di dalam kamar bisa lebih terjaga.
Dari sini terlihat bahwa pertimbangan desain dari kamar-kamar hotel ini bukan hanya dari sisi komersial saja, yang hanya memperhatikan banyaknya jumlah kamar yang bisa dijual, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan, kesehatan, keamanan dan juga kebutuhan pengunjung hotel.
Secara horisontal, tata massanya berupa podium terbuka karena ada koridor besar di tengah, yang menembus ke belakang dan terhubung dengan taman tengah, hal ini dimaksudkan untuk memanen angin (wind harvesting) sehingga mendukung konsep bangunan bersuasana terbuka yang diusung dalam desain hotel ini.
Struktur utama hotel berupa konstruksi baja dengan pertimbangan kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaannya, dengan menggunakan modul 6-4-6 (6 meter - 4 meter - 6 meter), yang mana bagian tengah sebagai koridor dan sisi kiri-kanannya difungsikan sebagai kamar-kamar.
Interior pada bagian penerima (lobby) dibuat agar tampak elegan dan bersih. Meja resepsionis dibuat dari kayu solid. Di bagian dinding diberi mural bertema Surabaya untuk menyegarkan suasana agar pengunjung merasa betah dan nyaman, serta bisa merasakan kekuatan place Surabaya. Pintu di belakang resepsionis ini terbuat dari stainless steel yang disamarkan, agar tidak rancu dengan pintu lain menuju ke area tengah (restoran).
Sedangkan caf dibuat lebih berkonsep industrial, sebagai gabungan yang unik antara warung kopi dan minibar. Di caf ini terjadi pengulangan warna putih, lantai dengan aksen kayu agar lebih memberi suasana hangat bagi mereka yang datang. Sebagian materialnya dari hasil reuse dan recycle, misalnya pada meja atau kursi, meja bar, rak minuman dan lain-lain. Juga terdapat mural-mural dengan tema Surabaya seperti yang terdapat di lobby.
Lalu, restoran yang berada di belakang caf memiliki view ke arah kolam, dengan aksen peti kemas yang kuat pada perabot meja dan kursi, juga pada plafon berupa permainan bentuk kotak-kotak dengan ukuran panjang yang berbeda-beda. Restoran ini merupakan area santai dengan lantai yang di-split(berbeda ketinggian).
Interior kamar-kamar juga tidak lepas dari konsep reuse dan recycle. Bagian dinding background di atas tempat tidur diberi aksen bidang peti kemas bekas, sekaligus sebagai emphasis (viewpoint) dari ruangan kamar tersebut. Materialnya didominasi oleh warna semen, yang dibiarkan tampil dengan nuansa abu-abu. Ruangan terlihat kasar tetapi menjadi lebih soft dengan adanya background peti kemas di belakangnya. Jika diamati sekilas, tampak rustic namun tetap artistik.
Hotel ini memang memakai material yang murah dan terkesan tidak eksklusif, tetapi mampu memberikan values yang lebih kepada pengunjung, sekaligus juga memberi nilai lebih pada hotel ini. Justru di sinilah yang menjadi titik beda dan keunikannya. Dengan demikian, secara tidak langsung hotel ini juga mengedukasi tamu-tamu yang datang dengan isu-isu kontemporer yang saat ini sedang berkembang, yang tercermin dalam sosok bangunannya, seperti isu iklim tropis, hemat biaya, hemat energi dan sekaligus pemanfaatan material bekas dengan cara reuse dan recycle.
Saat ini, di kota Surabaya banyak bermunculan budget hotel dengan tampilan dan model yang sangat beragam. Rata-rata dengan nuansa modern dan masa kini, serta berlomba untuk menunjukkan kesan wah dan mewah. Namun, hotel yang didesain oleh Andy Rahman Architect ini justru ingin menampilkan karakter dan suasana yang berbeda (different) dibanding budget hotel pada umumnya, tanpa mengorbankan idealisme dan juga kenyamanan para pengunjungnya.
Royal Bali Hotel ini terletak di Jalan Kendangsari Surabaya, dengan luas lahan 20X50 m2. Fasade bagian depannya dirancang berwujud covering besar sebagai lingkupan untuk melindungi dari panas matahari, karena hotel ini menghadap ke arah barat.
Covering bagian depan ini berupa secondary skin yang terbuat dari material kayu bekas yang disusun secara acak, dengan rangka dari baja bekas. Di bagian depannya lagi terdapat kanopi parkir dari kawat ayam yang diberi tanaman rambat untuk menambah aksen hijau dan alami. Jadi, fasade di bagian depan ini didominasi oleh material bata ekspos, kayu bekas dan tanaman rambat, yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga bisa tampil dengan kompak dan memberi nilai tambah bagi hotel ini.
Secara umum, hotel ini menerapkan konsep low budget, low maintenance. Serta ingin membuktikan bahwa ini bangunan murah tapi bukan murahan, bahwa bangunan ini memakai material bekas, tetapi terlihat keren dan tidak memalukan.
Di samping itu, hotel ini juga menekankan pada kejujuran material, di mana material dimunculkan sesuai dengan nature dan karakternya, tidak dipaksakan atau dibuat-buat. Dinding di bagian depan dibuat miring untuk menangkap view dari pandangan orang yang lewat di depannya. Demikian juga dengan kanopi drop-off yang juga dibuat miring dengan maksud yang serupa.
Sebelum hotel ini didesain, sudah ada bangunan eksisting yang letaknya di bagian paling belakang dari site, merupakan kantor proyek milik klien yang juga seorang developer. Bangunan eksisting ini nantinya tidak dihilangkan, tetapi justru diintegrasikan agar bisa match dan menyatu dengan bangunan yang baru.
Secara vertikal, pembagian zonasi hotel ini yaitu: lantai 1 atau lantai dasar untuk area servis, publik dan karyawan, sedangkan lantai 2 ke atas sebagai zona kamar-kamar. Untuk lantai dasar, terdapat lobby, caf dan restoran, yang orientasinya lebih ke arah utara-selatan, sedangkan ke arah timur menghadap ke taman tengah. Taman tengah ini berfungsi sebagai penghubung antara bagian depan dan belakang hotel, sekaligus sebagai ruang terbuka hijau atau oase bagi ruang-ruang di sekitarnya, juga agar pencahayaan dan penghawaan alami dalam hotel ini menjadi lebih optimal. Meskipun tak terlalu luas, taman tengah ini memberi dampak besar bagi bangunan hotel ini.
Sedangkan lantai 2 ke atas berupa dua buah bedrooms tower yang posisinya berada di kiri dan kanan dengan view ke arah utara dan selatan, dipisahkan oleh koridor besar di bagian tengahnya. Dinding sisi kiri-kanan hotel tidak dibuat menempel tembok luar, tetapi memang sengaja diberi jarak yang cukup agar kamar-kamar yang ada bisa mendapat pencahayaan dan penghawaan alami yang lebih memadai.
Dengan adanya jarak tersebut, maka masih memungkinkan tiap-tiap kamar memiliki balkon dan view ke luar. Agar pandangan visual pengunjung tidak berhadapan secara frontal dengan lingkungannya, maka balkon diberi penghalang berupa dinding yang tidak sepenuhnya tertutup, jadi pengunjung masih bisa melepaskan pandangan ke arah yang berbeda. Hal ini juga dimaksudkan agar privasi pengunjung di dalam kamar bisa lebih terjaga.
Dari sini terlihat bahwa pertimbangan desain dari kamar-kamar hotel ini bukan hanya dari sisi komersial saja, yang hanya memperhatikan banyaknya jumlah kamar yang bisa dijual, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan, kesehatan, keamanan dan juga kebutuhan pengunjung hotel.
Secara horisontal, tata massanya berupa podium terbuka karena ada koridor besar di tengah, yang menembus ke belakang dan terhubung dengan taman tengah, hal ini dimaksudkan untuk memanen angin (wind harvesting) sehingga mendukung konsep bangunan bersuasana terbuka yang diusung dalam desain hotel ini.
Struktur utama hotel berupa konstruksi baja dengan pertimbangan kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaannya, dengan menggunakan modul 6-4-6 (6 meter - 4 meter - 6 meter), yang mana bagian tengah sebagai koridor dan sisi kiri-kanannya difungsikan sebagai kamar-kamar.
Interior pada bagian penerima (lobby) dibuat agar tampak elegan dan bersih. Meja resepsionis dibuat dari kayu solid. Di bagian dinding diberi mural bertema Surabaya untuk menyegarkan suasana agar pengunjung merasa betah dan nyaman, serta bisa merasakan kekuatan place Surabaya. Pintu di belakang resepsionis ini terbuat dari stainless steel yang disamarkan, agar tidak rancu dengan pintu lain menuju ke area tengah (restoran).
Sedangkan caf dibuat lebih berkonsep industrial, sebagai gabungan yang unik antara warung kopi dan minibar. Di caf ini terjadi pengulangan warna putih, lantai dengan aksen kayu agar lebih memberi suasana hangat bagi mereka yang datang. Sebagian materialnya dari hasil reuse dan recycle, misalnya pada meja atau kursi, meja bar, rak minuman dan lain-lain. Juga terdapat mural-mural dengan tema Surabaya seperti yang terdapat di lobby.
Lalu, restoran yang berada di belakang caf memiliki view ke arah kolam, dengan aksen peti kemas yang kuat pada perabot meja dan kursi, juga pada plafon berupa permainan bentuk kotak-kotak dengan ukuran panjang yang berbeda-beda. Restoran ini merupakan area santai dengan lantai yang di-split(berbeda ketinggian).
Interior kamar-kamar juga tidak lepas dari konsep reuse dan recycle. Bagian dinding background di atas tempat tidur diberi aksen bidang peti kemas bekas, sekaligus sebagai emphasis (viewpoint) dari ruangan kamar tersebut. Materialnya didominasi oleh warna semen, yang dibiarkan tampil dengan nuansa abu-abu. Ruangan terlihat kasar tetapi menjadi lebih soft dengan adanya background peti kemas di belakangnya. Jika diamati sekilas, tampak rustic namun tetap artistik.
Hotel ini memang memakai material yang murah dan terkesan tidak eksklusif, tetapi mampu memberikan values yang lebih kepada pengunjung, sekaligus juga memberi nilai lebih pada hotel ini. Justru di sinilah yang menjadi titik beda dan keunikannya. Dengan demikian, secara tidak langsung hotel ini juga mengedukasi tamu-tamu yang datang dengan isu-isu kontemporer yang saat ini sedang berkembang, yang tercermin dalam sosok bangunannya, seperti isu iklim tropis, hemat biaya, hemat energi dan sekaligus pemanfaatan material bekas dengan cara reuse dan recycle.
Saat ini, di kota Surabaya banyak bermunculan budget hotel dengan tampilan dan model yang sangat beragam. Rata-rata dengan nuansa modern dan masa kini, serta berlomba untuk menunjukkan kesan wah dan mewah. Namun, hotel yang didesain oleh Andy Rahman Architect ini justru ingin menampilkan karakter dan suasana yang berbeda (different) dibanding budget hotel pada umumnya, tanpa mengorbankan idealisme dan juga kenyamanan para pengunjungnya.
Royal Bali Hotel ini terletak di Jalan Kendangsari Surabaya, dengan luas lahan 20X50 m2. Fasade bagian depannya dirancang berwujud covering besar sebagai lingkupan untuk melindungi dari panas matahari, karena hotel ini menghadap ke arah barat.
Covering bagian depan ini berupa secondary skin yang terbuat dari material kayu bekas yang disusun secara acak, dengan rangka dari baja bekas. Di bagian depannya lagi terdapat kanopi parkir dari kawat ayam yang diberi tanaman rambat untuk menambah aksen hijau dan alami. Jadi, fasade di bagian depan ini didominasi oleh material bata ekspos, kayu bekas dan tanaman rambat, yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga bisa tampil dengan kompak dan memberi nilai tambah bagi hotel ini.
Secara umum, hotel ini menerapkan konsep low budget, low maintenance. Serta ingin membuktikan bahwa ini bangunan murah tapi bukan murahan, bahwa bangunan ini memakai material bekas, tetapi terlihat keren dan tidak memalukan.
Di samping itu, hotel ini juga menekankan pada kejujuran material, di mana material dimunculkan sesuai dengan nature dan karakternya, tidak dipaksakan atau dibuat-buat. Dinding di bagian depan dibuat miring untuk menangkap view dari pandangan orang yang lewat di depannya. Demikian juga dengan kanopi drop-off yang juga dibuat miring dengan maksud yang serupa.
Sebelum hotel ini didesain, sudah ada bangunan eksisting yang letaknya di bagian paling belakang dari site, merupakan kantor proyek milik klien yang juga seorang developer. Bangunan eksisting ini nantinya tidak dihilangkan, tetapi justru diintegrasikan agar bisa match dan menyatu dengan bangunan yang baru.
Secara vertikal, pembagian zonasi hotel ini yaitu: lantai 1 atau lantai dasar untuk area servis, publik dan karyawan, sedangkan lantai 2 ke atas sebagai zona kamar-kamar. Untuk lantai dasar, terdapat lobby, caf dan restoran, yang orientasinya lebih ke arah utara-selatan, sedangkan ke arah timur menghadap ke taman tengah. Taman tengah ini berfungsi sebagai penghubung antara bagian depan dan belakang hotel, sekaligus sebagai ruang terbuka hijau atau oase bagi ruang-ruang di sekitarnya, juga agar pencahayaan dan penghawaan alami dalam hotel ini menjadi lebih optimal. Meskipun tak terlalu luas, taman tengah ini memberi dampak besar bagi bangunan hotel ini.
Sedangkan lantai 2 ke atas berupa dua buah bedrooms tower yang posisinya berada di kiri dan kanan dengan view ke arah utara dan selatan, dipisahkan oleh koridor besar di bagian tengahnya. Dinding sisi kiri-kanan hotel tidak dibuat menempel tembok luar, tetapi memang sengaja diberi jarak yang cukup agar kamar-kamar yang ada bisa mendapat pencahayaan dan penghawaan alami yang lebih memadai.
Dengan adanya jarak tersebut, maka masih memungkinkan tiap-tiap kamar memiliki balkon dan view ke luar. Agar pandangan visual pengunjung tidak berhadapan secara frontal dengan lingkungannya, maka balkon diberi penghalang berupa dinding yang tidak sepenuhnya tertutup, jadi pengunjung masih bisa melepaskan pandangan ke arah yang berbeda. Hal ini juga dimaksudkan agar privasi pengunjung di dalam kamar bisa lebih terjaga.
Dari sini terlihat bahwa pertimbangan desain dari kamar-kamar hotel ini bukan hanya dari sisi komersial saja, yang hanya memperhatikan banyaknya jumlah kamar yang bisa dijual, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan, kesehatan, keamanan dan juga kebutuhan pengunjung hotel.
Secara horisontal, tata massanya berupa podium terbuka karena ada koridor besar di tengah, yang menembus ke belakang dan terhubung dengan taman tengah, hal ini dimaksudkan untuk memanen angin (wind harvesting) sehingga mendukung konsep bangunan bersuasana terbuka yang diusung dalam desain hotel ini.
Struktur utama hotel berupa konstruksi baja dengan pertimbangan kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaannya, dengan menggunakan modul 6-4-6 (6 meter - 4 meter - 6 meter), yang mana bagian tengah sebagai koridor dan sisi kiri-kanannya difungsikan sebagai kamar-kamar.
Interior pada bagian penerima (lobby) dibuat agar tampak elegan dan bersih. Meja resepsionis dibuat dari kayu solid. Di bagian dinding diberi mural bertema Surabaya untuk menyegarkan suasana agar pengunjung merasa betah dan nyaman, serta bisa merasakan kekuatan place Surabaya. Pintu di belakang resepsionis ini terbuat dari stainless steel yang disamarkan, agar tidak rancu dengan pintu lain menuju ke area tengah (restoran).
Sedangkan caf dibuat lebih berkonsep industrial, sebagai gabungan yang unik antara warung kopi dan minibar. Di caf ini terjadi pengulangan warna putih, lantai dengan aksen kayu agar lebih memberi suasana hangat bagi mereka yang datang. Sebagian materialnya dari hasil reuse dan recycle, misalnya pada meja atau kursi, meja bar, rak minuman dan lain-lain. Juga terdapat mural-mural dengan tema Surabaya seperti yang terdapat di lobby.
Lalu, restoran yang berada di belakang caf memiliki view ke arah kolam, dengan aksen peti kemas yang kuat pada perabot meja dan kursi, juga pada plafon berupa permainan bentuk kotak-kotak dengan ukuran panjang yang berbeda-beda. Restoran ini merupakan area santai dengan lantai yang di-split(berbeda ketinggian).
Interior kamar-kamar juga tidak lepas dari konsep reuse dan recycle. Bagian dinding background di atas tempat tidur diberi aksen bidang peti kemas bekas, sekaligus sebagai emphasis (viewpoint) dari ruangan kamar tersebut. Materialnya didominasi oleh warna semen, yang dibiarkan tampil dengan nuansa abu-abu. Ruangan terlihat kasar tetapi menjadi lebih soft dengan adanya background peti kemas di belakangnya. Jika diamati sekilas, tampak rustic namun tetap artistik.
Hotel ini memang memakai material yang murah dan terkesan tidak eksklusif, tetapi mampu memberikan values yang lebih kepada pengunjung, sekaligus juga memberi nilai lebih pada hotel ini. Justru di sinilah yang menjadi titik beda dan keunikannya. Dengan demikian, secara tidak langsung hotel ini juga mengedukasi tamu-tamu yang datang dengan isu-isu kontemporer yang saat ini sedang berkembang, yang tercermin dalam sosok bangunannya, seperti isu iklim tropis, hemat biaya, hemat energi dan sekaligus pemanfaatan material bekas dengan cara reuse dan recycle.