Dalam kepercayaan Jawa, pohon memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan.
Pohon dilambangkan sebagai kayon (gunungan), intinya adalah pohon hayat atau “pohon
kehidupan”, yang menyimbolkan kehidupan di dunia beserta isinya. Dengan pohon, manusia
akan hidup lestari. Tanpa pohon, manusia akan musnah.
Pohon memang menjadi isu yang cukup sensitif dalam pelestarian lingkungan dan
keberlangsungan kehidupan di bumi, menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia, yang menjaga siklus ketersediaan oksigen di muka bumi serta menyediakan kayu
sebagai material desain.
Pohon juga menjadi metafora dalam berarsitektur di wilayah tropis, sehingga yang penting
pada sebuah rumah adalah naungan/teduhan atap, sedangkan dinding harus diupayakan
agar menjadi dinding yang bisa dilalui cahaya dan udara secara leluasa. Rumah ini didesain
dengan kesadaran seperti itu juga, sebagai sebuah naungan yang dilingkupi oleh dinding
yang berlubang-lubang (roster).
Pemilik rumah ini adalah seorang pencinta kayu kelas berat, yang memiliki koleksi barang-
barang kayu lama yang dikumpulkannya selama puluhan tahun. Penggunaan kayu memang
harus bijak, dan memperhatikan sustainability-nya, agar selalu tersedia sebagai material
bangunan. Ini juga berkaitan dengan kontinyuitas penanaman pohon di bumi, yang
direalisasikan dengan penanaman pohon-pohon di area rumah ini.
Karena merupakan makhluk hidup dan memiliki daya hidup, maka pohon ketika diolah
menjadi kayu untuk material bangunan, akan memberi rasa “kehangatan” kepada ruang
yang terjadi. Biasanya kayu digunakan untuk mengimbangi munculnya material an-organik
yang “dingin” dan seperti beton, baja atau kaca.
Koleksi benda-benda kayu milik klien merupakan heritage yang tak ternilai harganya, yang
melestarikan kayu dan sejarahnya kepada generasi penerus. Perabot kayu yang berkualitas
tinggi tersebut menjadi bagian integral dalam desain rumah ini, sekaligus memberikan
adanya unsur “sejarah”, mulai kayu baru, kayu lama bahkan fosil kayu purba pun ada (untuk
wastafel dan meja ruang keluarga).
Desain rumah ini menggunakan tiga jenis kayu utama yang khas Indonesia, yaitu kayu Ulin,
kayu Merbau dan kayu Jati. Kayu ulin dipakai untuk lantai dan untuk bagian depan rumah,
yang menunjukkan kekuatan material kayu. Kayu merbau untuk lantai, kayu jati dipakai
untuk kusen. Sedangkan kayu pinus bekas peti kemas digunakan untuk menyempurnakan
hadirnya kayu dalam desain rumah ini.
Dalam kepercayaan Jawa, pohon memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan.
Pohon dilambangkan sebagai kayon (gunungan), intinya adalah pohon hayat atau “pohon
kehidupan”, yang menyimbolkan kehidupan di dunia beserta isinya. Dengan pohon, manusia
akan hidup lestari. Tanpa pohon, manusia akan musnah.
Pohon memang menjadi isu yang cukup sensitif dalam pelestarian lingkungan dan
keberlangsungan kehidupan di bumi, menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia, yang menjaga siklus ketersediaan oksigen di muka bumi serta menyediakan kayu
sebagai material desain.
Pohon juga menjadi metafora dalam berarsitektur di wilayah tropis, sehingga yang penting
pada sebuah rumah adalah naungan/teduhan atap, sedangkan dinding harus diupayakan
agar menjadi dinding yang bisa dilalui cahaya dan udara secara leluasa. Rumah ini didesain
dengan kesadaran seperti itu juga, sebagai sebuah naungan yang dilingkupi oleh dinding
yang berlubang-lubang (roster).
Pemilik rumah ini adalah seorang pencinta kayu kelas berat, yang memiliki koleksi barang-
barang kayu lama yang dikumpulkannya selama puluhan tahun. Penggunaan kayu memang
harus bijak, dan memperhatikan sustainability-nya, agar selalu tersedia sebagai material
bangunan. Ini juga berkaitan dengan kontinyuitas penanaman pohon di bumi, yang
direalisasikan dengan penanaman pohon-pohon di area rumah ini.
Karena merupakan makhluk hidup dan memiliki daya hidup, maka pohon ketika diolah
menjadi kayu untuk material bangunan, akan memberi rasa “kehangatan” kepada ruang
yang terjadi. Biasanya kayu digunakan untuk mengimbangi munculnya material an-organik
yang “dingin” dan seperti beton, baja atau kaca.
Koleksi benda-benda kayu milik klien merupakan heritage yang tak ternilai harganya, yang
melestarikan kayu dan sejarahnya kepada generasi penerus. Perabot kayu yang berkualitas
tinggi tersebut menjadi bagian integral dalam desain rumah ini, sekaligus memberikan
adanya unsur “sejarah”, mulai kayu baru, kayu lama bahkan fosil kayu purba pun ada (untuk
wastafel dan meja ruang keluarga).
Desain rumah ini menggunakan tiga jenis kayu utama yang khas Indonesia, yaitu kayu Ulin,
kayu Merbau dan kayu Jati. Kayu ulin dipakai untuk lantai dan untuk bagian depan rumah,
yang menunjukkan kekuatan material kayu. Kayu merbau untuk lantai, kayu jati dipakai
untuk kusen. Sedangkan kayu pinus bekas peti kemas digunakan untuk menyempurnakan
hadirnya kayu dalam desain rumah ini.
Dalam kepercayaan Jawa, pohon memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan.
Pohon dilambangkan sebagai kayon (gunungan), intinya adalah pohon hayat atau “pohon
kehidupan”, yang menyimbolkan kehidupan di dunia beserta isinya. Dengan pohon, manusia
akan hidup lestari. Tanpa pohon, manusia akan musnah.
Pohon memang menjadi isu yang cukup sensitif dalam pelestarian lingkungan dan
keberlangsungan kehidupan di bumi, menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia, yang menjaga siklus ketersediaan oksigen di muka bumi serta menyediakan kayu
sebagai material desain.
Pohon juga menjadi metafora dalam berarsitektur di wilayah tropis, sehingga yang penting
pada sebuah rumah adalah naungan/teduhan atap, sedangkan dinding harus diupayakan
agar menjadi dinding yang bisa dilalui cahaya dan udara secara leluasa. Rumah ini didesain
dengan kesadaran seperti itu juga, sebagai sebuah naungan yang dilingkupi oleh dinding
yang berlubang-lubang (roster).
Pemilik rumah ini adalah seorang pencinta kayu kelas berat, yang memiliki koleksi barang-
barang kayu lama yang dikumpulkannya selama puluhan tahun. Penggunaan kayu memang
harus bijak, dan memperhatikan sustainability-nya, agar selalu tersedia sebagai material
bangunan. Ini juga berkaitan dengan kontinyuitas penanaman pohon di bumi, yang
direalisasikan dengan penanaman pohon-pohon di area rumah ini.
Karena merupakan makhluk hidup dan memiliki daya hidup, maka pohon ketika diolah
menjadi kayu untuk material bangunan, akan memberi rasa “kehangatan” kepada ruang
yang terjadi. Biasanya kayu digunakan untuk mengimbangi munculnya material an-organik
yang “dingin” dan seperti beton, baja atau kaca.
Koleksi benda-benda kayu milik klien merupakan heritage yang tak ternilai harganya, yang
melestarikan kayu dan sejarahnya kepada generasi penerus. Perabot kayu yang berkualitas
tinggi tersebut menjadi bagian integral dalam desain rumah ini, sekaligus memberikan
adanya unsur “sejarah”, mulai kayu baru, kayu lama bahkan fosil kayu purba pun ada (untuk
wastafel dan meja ruang keluarga).
Desain rumah ini menggunakan tiga jenis kayu utama yang khas Indonesia, yaitu kayu Ulin,
kayu Merbau dan kayu Jati. Kayu ulin dipakai untuk lantai dan untuk bagian depan rumah,
yang menunjukkan kekuatan material kayu. Kayu merbau untuk lantai, kayu jati dipakai
untuk kusen. Sedangkan kayu pinus bekas peti kemas digunakan untuk menyempurnakan
hadirnya kayu dalam desain rumah ini.