Albizzia House, Cerita dari Kampung Nenek untuk Masa Depan
Arsitek Utama | : | Yanuar Pratama Firdaus | |
Tim Desain | : | Gea Sentanu, Rio Bravo, Azzahra Dartaman, Auliya Putri, Agung Kurnia, Bayu Herdiadi | |
Lokasi | : | Jalan Jemi, Bandung, Jawa Barat, Indonesia | |
Luas Bangunan | : | 191 m2 | |
Konstruksi | : | ASEPDEV (Aesthetical in Engineering Process) | |
Manufaktur | : | Conwood Indonesia, Panasonic LED | |
Identity Branding and Graphic Design | : | Monoponik | |
Fotografer/Film Dokumenter | : | KIE/Qrimson | |
Instalasi Augmented Reality | : | Assemblr |
Deskripsi oleh Aaksen Studio
Dunia ini seperti titik yang perlu dihubungkan satu sama lainnya agar beresonansi menciptakan suatu nyawa. Sama halnya dengan peran seorang arsitek, yang dirasa perlu menghubungkan banyak titik-titik di dunia ini, untuk melahirkan ruang yang sejatinya diisi dengan jiwa. Dimana ruang memiliki sebuah pemahaman akan nilai yang mengakar, menghadirkan dialog, agar dapat berlintas di batas tak terbatas dari tempat dan waktu.
©KIE
Artikel Lainnya: Cube Boarding House, Hunian Temporer yang Ramah Lingkungan
Jiwa pun kononnya bererinkarnasi. Tinggal di Indonesia yang kaya akan budaya dan nilai luhur, ketika menyusuri lebih dalam akan banyak temuan antik nenek moyang yang menarik, yang patut untuk diangkat agar bermanfaat bagi khalayak. Bukan sekedar mengenai publikasi, lebih dari itu yakni mendokumentasikan proses berfikir agar temuan-temuan yang merupakan hasil eksperimen dari generasi ke generasi lamanya, dapat dikembangkan menjadi solusi dalam pemikiran modern ini.
©KIE
Berawal dari rencana untuk merenovasi rumah nenek, saat pembongkaran ditemukan struktur kayu yang masih dalam keadaan sangat baik. Ternyata kayu tersebut bukan kayu biasa, melainkan kayu Albasia yang dahulunya diawetkan di kampung halaman Ciamis sebelum dibawa ke kota Bandung.
©KIE
Kayu Albasia atau dikenal Sengon, dikenal sebagai kayu yang cepat tumbuh dan ekonomis, namun jarang dimanfaatkan karena memiliki grade kayu yang rendah berkisar di VI-V. Adapun teknologi para petani di Ciamis yang memiliki kebiasaan untuk mengubur kayu di dalam sawah selepas musim panen. Pemadatan kayu menaikkan grade kayu sehingga dapat bertahan hingga 30-45 tahun.
©KIE
Artikel Lainnya: The Garden, Sejuk dengan Sentuhan Rimbun Tanaman dan Bunga
Kayu yang dikubur di dalam tanah sawah setelah musim panen, bukan hanya mengisi kantung pori-pori kayu yang rapuh menjadi kuat. Tetapi juga melekatkan dua substansi bumi, menjadi satu kesatuan dengan massa jenis berbeda namun menguatkan satu sama lain.
©KIE
Melalui hal penuh kesederhanaan ini, terciptalah produk terproses dari bumi pertiwi, sebagai pencipta koneksi terdalam antar makhluk hidup dan budaya dalam kekayaan holistik penuh lestari.
©KIE
Dari terkubur menjadi terstruktur. Proses pengolahan kayu purba ini merupakan sebuah warisan emas untuk dunia dari nusantara. Kearifan lokal leluhur telah mengubah yang cepat tumbuh namun rapuh, menjadi penuh nilai dan daya guna.
©KIE
Penuh harapan agar cerita dari kampung nenek dapat dibagi untuk membangun semangat ekonomi kerakyatan bagi percepatan pembangunan Indonesia, untuk masa depan yang lebih cerdas dan maju.
Lihat foto proyek selengkapnya:
https://www.archify.com/project/albizzia-house
Lihat profil Aaksen Studio:
https://www.archify.com/aaksen-studio
Artikel Lainnya: Tjipta House, Tampil Beda dengan Desain Menyatu ke Alam