Walking Drums Margonda: Ruang Jeda, Ruang Berkumpul
Prinsipal | : | Ferdy Apriady |
Tim Desain | : | Rikko Dian Putrawan, Lisa Radhiyah, Baja Sidik, Iqbal Ardiansyah |
Lokasi | : | Depok, Jawa Barat |
Tahun Selesai | : | 2019 |
Luas Tapak | : | 620 sqm |
Luas Tapak Bangunan | : | 326 sqm |
Luas Total Terbangun | : | 542 sqm |
Fotografer | : | Ferdy Apriady |
Kafe mau tidak mau sudah menjadi bagian dari gaya hidup hampir semua orang. Selain sebagai tempat berkumpul dan makan, kafe adalah tempat untuk menunjukkan eksistensi seseorang, memenuhi kebutuhan sosial media, tempat melepas penat dari rutinitas, atau setidaknya di Jakarta, dari panasnya kota. Tidak heran, desain kafe, khususnya di daerah kota, berputar pada kafe dengan ruang interior luas dan nyaman serta sedikit ruang luar yang umumnya untuk memenuhi kebutuhan mereka yang merokok.
©AYYA Architects
Meski mulai bermunculan kafe-kafe di kota yang menyediakan ruang luar yang lebih besar seperti taman, namun sering kali area tersebut hanya berfungsi sebagai taman secara visual—dengan ruang-ruang beraktivitas utama berada di dalam. Berbeda dengan Walking Drums Margonda karya AYYA, ruang luar menjadi ruang utama secara visual maupun fungsi kafe ini.
Artikel lainnya: Bermain Bukaan dan Void di Rumah Aries
©AYYA Architects / Ferdy Apriady
Berada di sisi Jalan Margonda Raya, Depok yang padat dengan bangunan, tampilan Walking Drums Margonda seakan seperti sebuah jeda dari padatnya bangunan-bangunan di sekelilingnya. Dibanding dengan padatnya massa bangunan di sekeliling yang ramai, kafe ini hadir dengan menunjukkan ketiadaan massa bangunan yang signifikan dan diisi dengan ruang terbuka. Di ruang terbuka tersebut terlihat area tribune—bertingkat-tingkat, dan sesekali disematkan pohon sebagai peneduh.
©AYYA Architects / Ferdy Apriady
Tribune mengisi lebih dari setengah lahan dan dirancang menghadap jalan utama, dengan ketinggian antar undakan yang dibuat nyaman untuk duduk. Di salah satu sisi tribune, undakan lebih kecil berfungsi sebagai tangga untuk menghubungkan lantai bawah dan atas yang sama-sama terbuka.
©AYYA Architects / Ferdy Apriady
Mengapit tribune di sisi samping dan belakang, kontainer disusun untuk menciptakan ruang dalam yang terlindung dari cuaca. Massa bangunan kontainer dibalut dengan lapisan perforated metal berkarat untuk menampilkan estetika industrial, namun sekaligus menghadirkan kesan massa yang tidak mencolok agar area tribune tetap menjadi fokus utama.
©AYYA Architects / Ferdy Apriady
Artikel lainnya: Memperkenalkan Desain Lewat Roemah HNK
Dua area indoor di sisi samping dan belakang dihubungkan oleh ruang antara dengan area duduk yang juga terbuka, namun dinaungi oleh atap yang membentang dari kedua ujung belakang lahan. Ruang terbuka atau area outdoor memang hadir sebagai ruang utama di kafe ini, khususnya melihat bidang rata di salah satu atap kontainer yang dijadikan seating area menghadap jalan utama.
©AYYA Architects / Ferdy Apriady
Keterbukaan sebagai karakter utama Walking Drums Margonda tentu memberi keunikan bagi kafe ini di antara kafe atau bangunan-bangunan lain di sekitarnya yang padat dengan fasad yang juga ramai. Tanpa furnitur permanen di area tribune, pengunjung juga bebas duduk sesuai kenyamanan masing-masing untuk menikmati waktunya, selayaknya di ruang publik. Saat sore dan malam, ramainya ruang luar kafe ini, dan nyamannya pengunjung menghabiskan waktu juga menggambarkan betapa dibutuhkannya ruang-ruang terbuka publik di kota, dan Walking Drums Margonda setidaknya sedikit memenuhi kebutuhan tersebut dengan baik.
Lihat foto selengkapnya:
https://www.archify.com/id/project/walking-drums-margonda
Lihat profil AYYA Architects:
https://www.archify.com/id/ayya